spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
BerandaOpiniIMPLEMENTASI SISTEM PEMBELAJARAN DARING: EPISTEMOLOGI, TEORI PEMBELAJARAN DAN ...

IMPLEMENTASI SISTEM PEMBELAJARAN DARING: EPISTEMOLOGI, TEORI PEMBELAJARAN DAN LEARNING BY DOING

Abdul Hamid Mahasiswa Pascasarjana UHAMKA

tribundepok.com – Pada awal tahun 2020, dunia dihadapkan pada kemunculan penyakit menular yang disebut Coronavirus atau biasa disingkat covid-19. Wabah ini pertama sekali ditemukan di kota Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun 2019 lalu. Pada 2 Maret 2020, untuk pertama kalinya pemerintah mengumumkan dua kasus pasien positif Covid-19 di Indonesia.

Kehadiran covid-19 memberikan dampak negatif dari berbagai sektor meliputi ekonomi, sosial, kesehatan dan pendidikan. Fokus pembahasan pada artikel ini yakni pada sektor pendidikan, bagaimana evaluasi implementasi sistem pembelajaran daring mencangkup epistemologi, teori pembelajaran dan learning by doing. Pandemi covid-19 telah mempengaruhi sektor pendidikan yang tidak pernah terduga sebelumnya bagi guru, orang tua, dan siswa pastinya.

Tragedi ini muncul secara mendadak tanpa ada persiapan sama sekali. Ketidaksiapan semua unsur dalam pendidikan menjadikan pandemi covid-19 menjadi situasi yang kompleks untuk dihadapi. Salah satu dampak yang konkret yakni institusi pendidikan terpaksa meniadakan pembelajaran langsung. Tak hanya di Indonesia saja, hal ini juga berdampak terhadap institusi pendidikan mancanegara.

Meskipun seperti itu pemerintah tetap mengupayakan pelaksanaan pembelajaran tetap berjalan salah satunya melalui pembelajaran daring (online). Pada tanggal 24 maret 2020 pemerintah Indonesia mengeluarkan surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran covid-19. Surat edaran tersebut terkait keberlangsungan proses pembelajaran di rumah melalui pembelajaran daring dengan memperhatikan efektivitas pembelajaran.

Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan tanpa melakukan tatap muka, tetapi melalui platform yang telah tersedia atau dimediasi oleh teknologi.
Ditambah lagi dengan adanya himbauan untuk menjaga jarak atau social distancing menjadikan pembelajaran daring sebagai alternatif terbaik selama masa pandemi covid-19.

Lembaga pendidikan meliputi kampus dan sekolah harus bisa merancang pembelajaran daring dengan sebaik mungkin sehingga proses pendidikan bisa berjalan dengan baik. Dengan hadirnya situasi baru dalam sektor pendidikan khususnya sistem pembelajaran akan menjadi tantangan tersendiri bagi komponen pendidikan. Oleh karena itu dibutuhkan sinergitas antara guru dan siswa sehingga sistem pembelajaran daring bisa berlangsung efektif, karena kualitas pendidikan bukan hanya peran guru tetapi juga siswa.

Dari pengantar diatas sudah sangat jelas sekali bagaimana kontribusi teknologi terhadap dunia pendidikan bukan hanya pendidikan melainkan sektor ekonomi, sosial, dan kesehatan. Bayangkan apa yang terjadi jika tidak ada teknologi, sudah pasti pandemi covid-19 menjadi situasi yang kompleks untuk diakhiri.

Implementasi sistem Pembelajaran daring dilingkungan PASCASARJANA UHAMKA sudah ideal. Para mahasiswa memiliki keluasan waktu untuk belajar kapan pun dan di mana pun, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Para mahasiswa juga dapat berinteraksi dengan dosen pada waktu yang bersamaan dengan bantuan zoom atau google meet.

Selain berinteraksi melalui zoom atau google meet para mahasiswa juga dapat menggunakan website berupa forum atau message seperti yang digunakan yakni OLU (online learning UHAMKA). Tidak dapat
dihindari bahwa proses pembelajaran yang telah dilakukan biasanya mengalami kesulitan lebih khususnya masalah teknis. Akan tetapi semua itu dapat diselesaikan karena ada sinergitas yang terjadi antara dosen dan mahasiswa untuk saling mengisi dalam kekosongan pengetahuan.

Dalam dunia pendidikan ada salah satu cara belajar yang masih eksis hingga hari ini yakni learning by doing / belajar dengan melakukan. Konsep dasar dari teori ini adalah mengerjakan sesuatu dan kemudian belajar, artinya mahasiswa lebih memprioritaskan action daripada theory belaka. Mahasiswa yang melakukan sesuatu dimana belum ia ketahui sebelumnya dan karena dia melakukannya dia menjadi tahu, situasi ini yang disebut sebagai learning by doing.

Jika dikaitkan dengan pengalaman belajar yang telah dilalui memanglah benar konsep dasar teori ini yakni mengerjakan sesuatu dan kemudian belajar. Pada saat mengambil mata kuliah ICT dan masih berlangsung hingga saat ini, dosen memberikan tugas presentasi. Dalam proses, awalnya bingun karena sebelumnya tidak memiliki informasi perihal apilikasi yang bisa digunakan untuk presentasi (online), memasukan logo, teks di video dan gambar (editing).

Berangkat dari ketidaktahuan tersebut akhrinya harus otodidak melalui youtube atau google. Perlahan semua ketidaktahuan telah terjawab dan tiba difase tugas telah selesai. Intinya, dengan konsep seperti ini
akan ada hal baru atau meningkatnya pengetahuan mahasiswa mengenai sesuatu.

Ada hubungan antara learning by doing dengan epistemologi yakni kenyakinan internal dengan implikasinya. Implikasi learning by doing menandakan adanya epistemologi pada individu (dosen). Pada prinsipnya, epistemologi membahas tentang kepercayaan pada pengetahuan seseorang. Dalam kehidupan, manusia akan dihadapkan pada berbagai pilihan tentang sesuatu misalnya dosen tentang metode pengajaran.

Dan jika dikaitkan dengan penggunaan teknologi dalam kegiatan pembelajaran maka akan terjadi variasi kebenaran pengetahuan. Misalnya, ada banyak sekali metode pembelajaran berbasis teknologi dan setiap dosen akan memilih dan menggunakan metodenya masing-masing tergantung situasi atau kebutuhan mahasiswa.

Ketika dosen telah menentukan metode yang akan digunakan, menunjukkan bahwa dosen telah melalui proses mencari, menganalisis, dan menyimpulkan. Hal ini menggambarkan bahwa ada keyakinan ilmu pada dosen setelah melalui proses tersebut. Dengan demikian epistemologi ini membahas sumber, proses, dan hakekat pengetahuan. Evaluasi epistemologi dalam proses belajar yang telah dilalui berkaitan dengan kepercayaan dan jaminan bahwa dosen telah memberikan kebenaran kepada mahasiswanya.

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Dalam dunia pendidikan ada beberapa macam teori belajar meliputi objectivism, behaviorism, cognitive, constructivism. Implementasi teori belajar memiliki indikator keberhasilan yang beragam dan hal tersebut bisa dilihat dari proses belajar siswa. Berikutnya akan dijelaskan bagaimana konsep dan evaluasi penerapan teori belajar di kelas.

Pertama, objectivism memiliki konsep bahwa terdapat kebenaran (pengetahuan/informasi) diluar pikiran manusia. Seandainya mahasiswa sedang melakukan penelitian mengenai objek atau hal yang sedang dipelajari. Dalam proses itu akan ditemukan kebenaran (pengetahuan/informasi) yang berkaitan dengan objek atau hal yang sedang dipelajari.

Penerapan teori ini dalam kelas dosen harus menyediakan sekumpulan pengetahuan yang akan dipelajari meliputi fakta, rumus, terminologi, prinsip, teori dan sejenisnya, sehingga mahasiswa akan menemukan kebenaran (pengetahuan/informasi) sesuai objek atau hal yang sedang dipelajari. Evaluasi objectivism dalam proses belajar yang telah dilalui tidak ada. Hal ini dikarenakan setiap dosen sudah menyediakan
sumber pengetahuan yang bisa diakses oleh mahasiswa, berupa website journal dan e-book yang
sudah disediakan di OLU (online learning UHAMKA).

Hal kecil yang harus diperhatikan dosen adalah menyakinkan mahasiswa terkait sumber pengetahuan (e-book) yang memang tahun terbitnya sudah tergolong tua / lama bahwa referensi yang digunakan masih sesuai dengan kebutuhan zaman.

Kedua, behaviorism memiliki konsep bahwa adanya hubungan antara stimulus dengan respon yang ditunjukkan individu melalui interaksinya dengan lingkungan. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya yang bertujuan merubah tingkah laku dengan cara berinteraksi antara stimulus dan respon. Teori ini menekankan bahwa tingkah laku yang ditunjukkan seseorang merupakan akibat dari interaksi antara stimulus dengan respon.

Ciri dari implementasi teori ini adalah adanya perubahan perilaku yang ditunjukkan seseorang setelah mengalami kejadian di masa lampau, sebagai contoh ketika mahasiswa sudah terbiasa memberikan pendapat mengenai sebuah isu tidak dari perspektif pribadinya saja tapi juga dikuatkan dengan pendapat orang lain (para ahli), yang awalnya terbiasa memberikan perspektif dari sudut pandang pribadinya saja (masa lampau) kini telah berubah berkat stimulus yang diberikan dosennya. Evaluasi behaviorism dalam proses belajar yang telah dilalui tidak ada. Hal kecil yang harus diperhatikan dosen adalah bagaimana mempertahankan perubahan yang telah terjadi di mahasiswa agar tidak sirna atau kembali pada kedaan semula.

Ketiga, cognitive memiliki konsep bahwa belajar adalah aktivitas internal individu yang terdiri dari beberapa proses, seperti pemahaman, mengingat, mengolah informasi, analisis, prediksi, dan perasaan. Semuanya harus ada dalam proses belajar, artinya mahasiswa akan dominan melibatkan nalarnya selama proses belajar. Contoh penerapan teori kognitif ketika dosen menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh mahasiswa serta memberi kesempatan bagi mereka untuk saling berdiskusi dengan teman-temannya. Tidak heran jika teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Evaluasi kognitif dalam proses belajar yang telah dilalui tidak ada karena faktanya dosen telah menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan kalaupun menggunakan istiliah baru dosen akan langsung menjelaskan apa dimaksud dengan hal tersebut dan juga dosen sering mendorong mahasiswa untuk menganalisis / membedakan serta menjelaskan secara komprehensif sebuah isu.

Keempat, constructivism memiliki konsep bahwa mahasiswa mengumpulkan dan membentuk pengetahuan berdasarkan pengalaman mereka. Dalam prosesnya, pembelajaran direpresentasikan sebagai proses konstruktif di mana mahasiswa akan mengunpulkan dan membentuk pengetahuan internalnya dan menjadi pengalaman pribadi. Teori ini bila diterapkan di kelas akan memiliki indikatornya tersendiri meliputi; a) menggerakan mahasiswa untuk mandiri dan inisiatif dalam belajar (mengumpulkan dan membentuk pengetahuannya). a) dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menanggapi pertanyaan. Evaluasi teori dalam proses belajar yang telah dilalui adalah tidak dilakukannya pendampingan selama periode konstruktivisme berlangsung. Karena dalam prosesnya mahasiswa akan mengakses beragam sumber informasi terkait sebuah isu. Oleh karena itu perlu dilakukan pendampingan oleh dosen untuk mencegah persepsi yang keliru dari mahasiswa.

Implementasi teori pembelajaran dalam kelas diharapkan bisa membantu mahasiswa untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik meliputi pengetahuan, sikap dan mental. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan perencanaan yang matang dalam komponen pendidikan serta adanya sinergitas antara dosen dan mahasiswa.

(Penulis: Abdul Hamid mahasiswa Pascasarjana UHAMKA
E-mail: hamidmc73@gmail.com)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_img
tribundepok.com
tribundepok.comhttp://tribundepok.com
tribundepok.com - faktual update
spot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

COPYRIGHT © 2018 TRIBUNDEPOK.COM. ALL RIGHTS RESERVED

Kemenkeu Setujui Perubahan Gaji Hakim: Gerakan Solidaritas Hakim Membuahkan Hasil

0
tribundepok.com - Ribuan hakim yang tergabung dalam Solidaritas Hakim Indonesia (SHI) melakukan aksi cuti bersama pada tanggal 7 hingga 11 Oktober 2024 sebagai bentuk...

UI Pertahankan Posisi di 1000 Besar Dunia dan Naik Peringkat di...

0
tribundepok.com – Universitas Indonesia (UI) kembali mengukir prestasi dalam pemeringkatan dunia. Dalam Times Higher Education (THE) World University Rankings (WUR) 2025, UI mempertahankan posisinya...

Dikeroyok Karena Utang Rp 5 Juta di Depan Ibu, Pria Depok...

0
tribundepok.com— Kasus kekerasan kembali terjadi di Depok, kali ini melibatkan seorang pria berinisial ADS yang dikeroyok oleh sekelompok orang di depan rumah pelaku di...
tribundepok.com