tribundepok.com, Jakarta – Penurunan tingkat hunian hotel secara nasional mengalami penurunan rata – rata sebesar 10% – 20% setara dengan pendapatan Rp 500,000,000,- hingga Rp 1,000,000,000,,- setelah diterapkan kebijakan efisiensi anggaran oleh pemerintah.
Hal ini terungkap dalam acara press conference yang diadakan oleh Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) yang bertempat di d’wangsa9 Resto & Lounge The Darmawangsa Square Jakarta Selatan pada Selasa (4/3).
Pada kesempatan itu disampaikan bahwa industri perhotelan di Indonesia mengalami dampak signifikan, terutama dalam penurunan tingkat hunian hotel di berbagai daerah diantaranya Penurunan Okupansi Hotel yakni dengan berkurangnya perjalanan dinas dan kegiatan rapat di hotel menyebabkan anjloknya tingkat keterisian kamar, terutama di hotel berbintang yang selama ini banyak digunakan oleh instansi pemerintah.
Kemudian terhadap tenaga kerja, dimana sejumlah hotel mulai menyesuaikan operasionalnya dengan melakukan efisiensi tenaga kerja guna menekan biaya operasional akibat penurunan pendapatan.
Serta penurunan pendapatan sektor pendukung seperti katering, transportasi, dan event organizer.
“Kebijakan ini mencakup pengurangan belanja perjalanan dinas, penyelenggaraan rapat, dan kegiatan pemerintahan di hotel yang berdampak langsung terhadap okupansi hotel, khususnya di kota – kota yang selama ini mengandalkan sektor MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) sebagai sumber pendapatan utama.” kata Ketua Umum IHGMA, Dr. I Gede Arya Pering Arimbawa, S.TrPar., MSi., CHA., CHIA, dalam sambutannya.
Dampak penurunan ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh DPP IHGMA pada Februari 2025 terhadap 315 hotel yang berada di kota – kota besar di pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya, yang merupakan pusat kegiatan pemerintahan dan bisnis.
Dalam konferensi ini, para pemimpin IHGMA turut menyampaikan pandangan dan analisis mereka terhadap situasi ini seperti Wakil Ketua Umum IHGMA, Wita Jacob, M.Par., dan Garna Sobhara Swara, BA (Hons)., M.Par., yang menyoroti pentingnya inovasi dalam strategi pemasaran serta diversifikasi target pasar untuk mengatasi ketergantungan terhadap segmen MICE.
Sementara Angkoso Soekadari, M.Par., CHA.CHE, sebagai pendiri IHGMA, menegaskan bahwa peran asosiasi sangat krusial dalam memberikan dukungan bagi para General Manager hotel agar dapat beradaptasi dengan perubahan pasar.
Sedangkan Dr. I Nyoman Sarya, Penasehat IHGMA, menambahkan bahwa kerja sama antara industri perhotelan dan pemerintah perlu diperkuat guna menemukan solusi jangka panjang yang tidak hanya berorientasi pada efisiensi anggaran, tetapi juga mempertimbangkan keberlangsungan sektor perhotelan sebagai salah satu pilar utama pariwisata nasional.
Dalam menghadapi situasi dan kondisi ini, pelaku industri perhotelan mulai menerapkan berbagai langkah strategis dalam mempertahankan bisnis ini, diantaranya diperlukan strategi baru yang lebih adaptif untuk menghadapi situasi ini.
Dengan adanya perubahan kondisi pasar, industri perhotelan diharapkan dapat segera beradaptasi dan menemukan solusi inovatif agar dapat bertahan dan berkembang di tengah kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah. (koes)