tribundepok.com – Sekitar 250 siswa SMP Negeri 20 Depok menikmati pengalaman berkesan di Yogya dalam perjalanan outing class . Jauh dari bayangan kita bahwa anak-anak hanya sekedar berjalan-jalan, para siswa ternyata mendapatkan banyak ‘ilmu’. Menghabiskan hari di Desa wisata Karanganyar, salah satu dari 20 desa wisata di kawasan Borobudur, home stay tempat mereka menginap.
“ Disini mereka mendapatkan pendidikan karakter yang kental, bagaimana hidup mandiri dan bersosialisasi karena kita haruskan mereka membantu pekerjaan kecil pemilik rumah seperti menyapu , cuci piring makannya sendiri yang mungkin dirumah tidak mereka lakukan. Belajar menghargai orang tuanya, belajar memahami adat budaya setempat juga terlibat langsung membuat atau mewarnai wayang, membuat gerabah, belajar bahasa Jawa dan lainnya, “ papar Komar Suparman, UPtd SMPN 20.
Desa wisata Karangannyar memang unik , menuju dan selama di sana para siswa mengendarai sepeda ontel. Desa desa tersebut memang menyediakan ribuan sepeda sebagai kendaraan wisatawan dan memberdayakan anak-anak Karang Taruna sebagai pemandu. Ada waktu tertentu anak anak dibebaskan berkeliling menikmati keindahan alam sekitar bahkan menuju Candi Borobudur pun mereka ramai-ramai bersepeda sejauh 3 km.
“ Pengalaman ini sangat berkesan dan nggak kami bayangkan sebelumnya. Nggak seperti jalan-jalan biasa apalagi saat kami diajak merenungkan peran orang tua di peringatan hari ibu. Haru banget. Di home stay kami juga bisa merasakan langsung kehangatan orang desa berbaur dengan keseharian mereka. Kita jadi tahu adat istiadat setempat” ujar Tasya , mewakili sejumlah siswa kelas VIII.
Liburanku Tour &Travel yang mengelola perjalanan wisata mereka memang punya tujuan lain selain membawa para siswa ke berbagai obyek seperti Candi Borobudur, Keraton Yogya , Lava Tour Merapi dan Museum Merapi serta menikmati keindahan Pinus Pengger yakni mengenalkan budaya lokal dan memberdayakan pelaku wisata daerah.
Itu sebabnya hanya semalam mereka menginap dihotel selebihnya mereka menghabiskan waktu di Balkondes dan home stay Karanganyar. Desa yang warganya diberdayakan dan dibina sebagai pelaku wisata, baik pengetahuan bahasa bila ada turis mancanegara datang, pengetahuan budaya dan bagaimana menerima wisatawan di desanya. Disana tersedia ribuan sepeda untuk alat transportasi .
“ Barangkali kita memang harus mulai menghapus imej bahwa studywisata hanyalah proyek buang uang. Kapan lagi anak-anak kita mengenal keindahan alam Indonesia, mencintai dan ikut melestarikan budaya Indonesia. Kalau bukan kita , siapa lagi, apa itu hanya untuk konsumsi wisatawan mancanegara ? Tidak semua keluarga punya kesempatan atau waktu mengajak anak-anaknya berwisata. Soal biayapun rasanya tak perlu diributkan karena selalu ada subsidi silang bagi yang tidak mampu bahkan yang tidak mau pun tak ada paksaan. Kita bisa membuang uang puluhan ribu sehari untuk merokok, kalau disisihkan untuk kepentingan anak mengenal wawasan lebih jauh kok rasanya berat. Disini mereka bisa lebih akrab dengan guru dan teman-teman dan , “ ujar mama Arimbi, salah satu anggota Komite Sekolah yang ikut mengawal siswa. (toro)