tribundepok.com – Kondisi Pasar Cisalak di Cimanggis, Kota Depok, kini kian memprihatinkan. Para pedagang tradisional yang dulu mengandalkan pasar sebagai sumber penghidupan kini terpaksa mengelus dada karena harus menghadapi gempuran dari platform digital yang kian mendominasi.
Jeritan dan keluhan para pedagang mengalir deras, mengiringi nasib mereka yang tak kunjung mendapat perhatian serius dari pemerintah kota. Terasa pedih ketika melihat sebanyak 50 persen pedagang terpaksa menutup usaha akibat lesunya omset yang tak mampu bersaing dengan pasar online.
Hal ini terungkap saat calon Wali Kota Depok nomor urut 02, Supian Suri, mengunjungi Pasar Cisalak dalam agenda blusukan Rabu pagi, 13 November 2024. Dalam pertemuan tersebut, para pedagang tak ragu mengungkapkan keluhan mereka, berharap ada perbaikan yang segera.
Mulan, salah satu pedagang di Pasar Cisalak, mengungkapkan bahwa bisnis yang digelutinya selama bertahun-tahun kini sepi. “Kita yang jualan offline kalah saing dengan harga-harga online yang lebih murah. Sekarang, pelanggan makin jarang datang. Semoga ada cara biar pasar ini bisa ramai lagi,” kata Mulan.
Tidak hanya itu, kondisi akses jalan menuju pasar yang kurang memadai menjadi faktor lain yang menghambat kedatangan pelanggan. Beberapa pedagang juga berharap adanya penertiban para pedagang yang berjualan di pinggir jalan agar tertib masuk ke dalam kios pasar, sehingga kios-kios yang kosong dapat terisi, menciptakan suasana yang lebih hidup.
Sri Haryani, Ketua Paguyuban Pasar Cisalak, mengungkapkan bahwa para pedagang sudah lama menyampaikan berbagai permasalahan ini kepada pemerintah.
“Kami berharap pemerintah bisa memberikan perhatian lebih agar pasar ini bisa kembali hidup. Kami sudah memiliki bangunan yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), tapi kunjungan masih minim,” katanya.
Lebih jauh, Sri mengkritisi program pemerintah berupa pembangunan kios UMKM. “Program 1.000 kios dari pemerintah itu bagus, tapi di sini banyak yang malah jadi gudang, kiosnya kosong, tidak dipakai,” ungkapnya.
Menurutnya, kios-kios tersebut kerap berada di sudut-sudut yang tidak strategis sehingga kurang diminati. “Anggarannya besar, sayang sekali kalau akhirnya mubazir,” tambah Sri.
Banyak pedagang mengungkapkan rasa kecewa mereka terhadap kurangnya perhatian dari petahana pemerintah Kota Depok. Menurut mereka, sejak peresmian awal, tidak ada lagi kehadiran pihak pemerintah untuk sekadar berdiskusi atau meninjau kondisi pasar.
Hal ini menyebabkan para pedagang merasa kurang didukung, terutama di tengah krisis yang mereka hadapi akibat persaingan dengan digital.
“Pak Supian pernah datang waktu masih menjabat Sekda, mewakili Kota Depok saat Pasar Cisalak menjuarai lomba Pasar Sehat. Itu yang membuat kami percaya, beliau punya perhatian yang serius,” ujar Sri.
Cak Munir, pedagang nasi yang sudah bertahun-tahun berjualan di Pasar Cisalak, juga menaruh harapan besar pada Supian.
“Harapan kita sih ada perubahan. Supian-Chandra ini membawa semangat perubahan untuk pedagang. Kita menginginkan Pasar Cisalak kembali ramai, pengunjung banyak, ekonomi bergerak,” jelasnya.
Merespons keluhan ini, Supian Suri berjanji akan melakukan inovasi dan membawa angin segar bagi pasar rakyat. Menurutnya, kehadiran dunia digital adalah tantangan yang tak bisa dihindari, sehingga pasar tradisional juga harus beradaptasi.
“Nantinya, kami ingin membangun Pasar Cisalak sebagai ‘Pasar Rakyat Maju’ yang tetap mempertahankan nilai tradisional, tetapi beradaptasi dengan digital,” jelasnya.
Supian dan wakilnya, Chandra Rahmansyah, juga berencana untuk mengadakan lebih banyak event di pasar guna menarik kunjungan masyarakat, sehingga tidak hanya mengandalkan penjualan sehari-hari, tetapi juga menyelenggarakan acara yang mendatangkan keramaian.
“Pasar ini bisa jadi tempat interaksi langsung yang tetap kita jaga, dengan harga yang kompetitif. Kami berharap para pedagang bisa mendapat peluang lebih besar di sini,” ujarnya.
Tidak hanya soal pasar, program pembangunan kios UMKM yang dicanangkan pemerintah Kota Depok juga mendapat sorotan. Banyak kios yang dibangun justru tidak dimanfaatkan sesuai tujuan awal.
“Dulu program kios ini banyak dibangun di minimarket, besar biayanya, tapi nyatanya malah banyak jadi gudang karena kurang pembinaan dan pemetaan lokasi yang strategis,” kata Sri dengan penuh kekhawatiran.
Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah mendatang agar dapat mengoptimalkan aset-aset tersebut. Supian menegaskan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan ekonomi di pasar-pasar tradisional terus bergerak.
Para pedagang menggantungkan harapan besar kepada Supian Suri-Chandra Rahmansyah untuk membawa perubahan nyata di Pasar Cisalak. Meski penuh tantangan, semangat perubahan yang dibawa Supian-Chandra memberi harapan bahwa roda ekonomi Pasar Cisalak dapat berputar kembali.
Di tengah situasi ekonomi yang sulit, jeritan pedagang Pasar Cisalak menunggu jawaban dari pemerintah kota yang akan datang. Satu hal yang jelas, para pedagang kini semakin menyadari bahwa suara mereka perlu didengar, dan harapan akan perubahan masih tetap menggantung tinggi.( JW )