BerandaSeputar DepokDebat Terbuka Kedua: Saling Sebut "Jaka Sembung" hingga "Nggak...
spot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Debat Terbuka Kedua: Saling Sebut “Jaka Sembung” hingga “Nggak Nyambung”

tribundepok.com — Suasana memanas mewarnai debat terbuka kedua antara pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok yang digelar pada Kamis malam. Dalam kesempatan ini, Chandra Rahmansyah, calon Wakil Wali Kota nomor urut 02, mengeluarkan kritik tajam terhadap pasangan calon petahana. Komentarnya yang lugas dan langsung mengundang perhatian publik, terutama saat ia melontarkan sindiran yang menyebut bahwa argumen dari kubu lawan “Jaka Sembung banget” istilah populer yang menggambarkan sesuatu yang tidak saling berkaitan.

Sindiran ini dilontarkan Chandra saat menanggapi tudingan dari calon petahana nomor urut 01, Imam Budi Hartono (IBH), yang menyatakan ” Pak paslon nomor 01 jauh lebih nggak nyambung. Kalau menurut saya Jaka Sembung banget,” saat membahas isu migrasi. Dalam pandangan IBH, penjelasan Supian dianggap terlalu melebar dan tidak menyentuh solusi migrasi secara konkret. Namun, Chandra dengan cepat membalas tudingan tersebut.

“Pak paslon nomor 01 jauh lebih nggak nyambung. Kalau menurut saya, Jaka Sembung banget,” ucap Chandra dengan nada meyakinkan. “Tadi dipertanyakan mencegah migrasi, apa hubungannya sama keluarga berencana?”

Pernyataan Chandra ini seketika memicu reaksi dari audiens yang hadir. Sebagian penonton mendukung sikap kritis Chandra, sementara sebagian lainnya bertanya-tanya mengapa IBH membawa isu KB (keluarga berencana) dalam diskusi mengenai migrasi yang seharusnya lebih menyoroti perencanaan tata ruang dan pengembangan ekonomi.

Lebih lanjut, Chandra menjelaskan bahwa isu migrasi tidak dapat dipisahkan dari akses infrastruktur dan ruang ekonomi baru. Ia berargumen bahwa untuk mengurangi angka migrasi, langkah paling relevan adalah dengan membuka akses transportasi yang baik, sehingga masyarakat bisa mendapatkan peluang kerja di daerahnya masing-masing, tanpa harus berpindah ke wilayah lain.

Hal ini ia kaitkan dengan upaya pemerintah pusat di bawah Presiden Joko Widodo, yang membangun Jalan Trans Papua sebagai contoh nyata bagaimana infrastruktur dapat membuka ruang ekonomi baru.

“Pak Supian Suri jelas, bahwa kita membuka wilayah-wilayah ruang ekonomi baru, dan salah satu prasyaratnya adalah membuka akses transportasi,” lanjut Chandra sambil menekankan pentingnya kebijakan ini untuk pemerataan ekonomi.

Chandra juga mempertanyakan relevansi dari topik KB dalam diskusi migrasi, menganggapnya tidak relevan dan menyimpang dari isu yang sebenarnya perlu dibahas. “Saya rasa malah jauh lebih enggak nyambung tadi, urusan migrasi sama KB nggak nyambung. Coba kita pelajari,” ujar Chandra lagi, tak segan-segan menyebut argumen lawan kurang fokus.

Reaksi dari kubu IBH pun tak kalah menarik. Imam Budi Hartono bersikeras bahwa program KB perlu menjadi bagian dari kebijakan untuk menekan migrasi dalam jangka panjang, dengan alasan bahwa pengendalian jumlah penduduk akan mengurangi beban ekonomi di kota-kota besar dan mengurangi angka perpindahan penduduk yang tidak terkendali. Menurutnya, migrasi yang berlebihan dapat mengakibatkan kesenjangan sosial, dan salah satu solusinya adalah program KB yang efektif.

Debat terbuka kali ini tak ayal menjadi sorotan masyarakat Depok. Adu argumen kedua kandidat mencerminkan dua visi yang berbeda dalam menangani migrasi: Chandra dan Supian lebih menekankan infrastruktur dan pengembangan ekonomi sebagai solusi jangka panjang, sementara IBH mengusulkan pengendalian demografi melalui program KB. Bagi publik, sikap kritis Chandra yang lugas dalam menanggapi tudingan IBH menambah ketegangan sekaligus memberikan daya tarik tersendiri dalam dinamika debat politik Depok.

Debat ini bukan hanya tentang adu gagasan, tetapi juga tentang karakter kepemimpinan yang ditawarkan. Di satu sisi, Chandra tampil dengan gaya bicara yang tegas dan bernas, sedangkan IBH berusaha meyakinkan publik bahwa pengelolaan populasi merupakan kunci dari solusi migrasi. Saling sebut “Jaka Sembung” hingga “nggak nyambung” membuat perdebatan kali ini hidup, sekaligus menjadi ajang bagi masyarakat Depok untuk lebih mengenal dua pasangan calon yang memperebutkan kursi kepemimpinan untuk kota Depok ( JW )

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_img
tribun depok
tribun depokhttp://tribundepok.com
tribundepok.com - faktual update
tribundepok.com