tribundepok.com — Di tengah meningkatnya kebutuhan dunia akan material konstruksi berkelanjutan, seorang mahasiswa doktoral dari Universitas Indonesia (UI) menghadirkan terobosan ilmiah yang menggugah harapan akan masa depan industri bangunan yang lebih ramah lingkungan. Dialah Maidina, doktor baru dari Program Doktor Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik UI, yang sukses mengembangkan serat rami terpintal sebagai tulangan alternatif untuk beton lentur.
Penelitian Maidina tidak hanya mengusung semangat akademik, tetapi juga menjawab tantangan global terhadap tingginya emisi karbon dari industri konstruksi.
Lewat disertasinya, ia memanfaatkan serat rami lokal yang selama ini lebih sering digunakan untuk tekstil dan kerajinanmenjadi bahan penguat beton yang mampu menekan penggunaan material sintetis berbasis kimia.
“Serat rami tersedia melimpah di Indonesia, namun belum dimaksimalkan potensinya untuk konstruksi,” ujar Maidina dalam sidang promosi doktornya. Jum’at (18/7/2025)
“Padahal, rami bisa menjadi alternatif unggul, terutama untuk proyek non-struktural yang ramah lingkungan.”
Dalam penelitiannya, Maidina menggunakan serat rami yang dipintal menjadi benang tipe 2 ply dan 3 ply. Hasilnya menunjukkan bahwa serat rami 3 ply memberikan performa struktural terbaik, dengan kekuatan tarik rata-rata 123,34 MPa dan elongasi hingga 30,87%.
Bahkan, deformasi lentur pada beton yang diperkuat serat ini mengalami peningkatan signifikan hingga 27,29% dibandingkan beton konvensional.
Analisis lanjutan menunjukkan bahwa meskipun terdapat degradasi mekanis setelah serat dibenamkan dalam beton selama 84 hari, struktur mikro dan ketahanan serat rami tetap menjanjikan untuk penggunaan jangka menengah.
Hal ini diperkuat dengan uji mikrostruktur, FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy), dan TGA (Thermogravimetric Analysis) yang dilakukan secara komprehensif.
Potensi serat rami sebagai material konstruksi tak hanya terbatas pada efisiensi struktural. Maidina menegaskan bahwa material ini sangat cocok untuk proyek-proyek non-struktural, seperti panel dinding, trotoar, elemen dekoratif arsitektur, hingga komponen modular perumahan rakyat.
“Dengan pendekatan yang tepat, serat rami bisa menjadi pilihan utama dalam pembangunan berbasis lingkungan mulai dari jalan lingkungan, taman kota, hingga perumahan berbiaya rendah,” katanya.
Penelitian ini selaras dengan tren global yang mendorong penggunaan material terbarukan dan rendah karbon dalam sektor konstruksi, yang selama ini menjadi penyumbang besar emisi karbon dunia.
Atas penelitiannya yang inovatif dan berdampak nyata, Maidina meraih gelar Doktor Teknik dengan predikat Sangat Memuaskan dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,92.
Ia menjadi doktor ke-81 dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, serta doktor ke-613 dari Fakultas Teknik UI.
Sidang promosi doktornya dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Yanuar, M.Eng., M.Sc., dengan tim promotor yang terdiri dari Prof. Dr. Ir. Heru Purnomo, D.E.A. (Promotor); Fadhilah Muslim, Ph.D. (Ko-Promotor 1); dan Dr. Gabriel Soedarmini Boedi Andari (Ko-Promotor 2).
Adapun tim penguji berasal dari lintas disiplin yang mendalam, seperti Prof. Riana Herlina Lumingkewas, Dr. Ismail Budiman, dan Dr. Jessica Sjah.
Dekan Fakultas Teknik UI, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, memberikan apresiasi tinggi atas kontribusi ilmiah Maidina yang tidak hanya mengedepankan teknologi, tetapi juga mengangkat kearifan lokal Indonesia.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa solusi atas tantangan global bisa ditemukan dari potensi lokal yang belum tergarap,” ujar Prof. Kemas. “Ini sejalan dengan misi FTUI untuk mendorong riset multidisipliner yang berdampak sosial, ekonomi, dan lingkungan.”
Ia juga mendorong kolaborasi lebih lanjut antara dunia akademik dan industri untuk mengoptimalkan hasil penelitian ini ke dalam produk komersial yang aplikatif.
Penelitian Maidina menjadi contoh bahwa transformasi material bukan sekadar impian laboratorium. Ia membuka mata bahwa dengan pendekatan ilmiah, serat alam seperti rami dapat bersaing dengan material sintetis yang selama ini mendominasi pasar konstruksi.
Di tangan ilmuwan muda seperti Maidina, masa depan konstruksi yang hijau dan berkelanjutan bukan lagi wacana, tapi kenyataan yang sedang dibangun satu serat demi satu serat.***
Editor : Joko Warihnyo