tribundepok.com – Dalam atmosfer penuh semangat dan antusiasme, Festival Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) 2024 resmi ditutup dengan pagelaran wayang kulit oleh dalang ternama, Ki Cahyo Kuntadi. Pertunjukan wayang semalam suntuk ini membawa lakon “Amarta Binangun” yang menggambarkan perjuangan Pandawa muda dalam membangun kerajaan Amarta. Kisah yang sarat dengan nilai kebijaksanaan ini menjadi refleksi relevan terhadap kondisi Indonesia yang tengah mempersiapkan diri menuju era kepemimpinan baru.
Diadakan di Perpustakaan UI Kampus Depok, pagelaran ini menjadi salah satu acara puncak dari rangkaian Festival Pengmas UI yang berlangsung sejak tanggal 2 hingga 4 Oktober 2024. Lakon “Amarta Binangun” menggambarkan semangat pembangunan dan perbaikan yang sangat sesuai dengan dinamika sosial-politik Indonesia saat ini. Pertunjukan tersebut tidak hanya menarik bagi penggemar wayang kulit, tetapi juga memberikan nuansa baru bagi generasi muda yang hadir.
Menurut Dwi Woro Retno Mastuti, M.Hum., Dosen Program Studi Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI sekaligus penanggung jawab acara, UI berkomitmen untuk melestarikan kebudayaan bangsa, khususnya seni wayang.
“Sebagai pusat ilmu budaya bangsa, UI memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan seni tradisional yang sarat dengan nilai moral dan budi pekerti. Wayang merupakan salah satu produk unggulan budaya yang patut kita banggakan,” jelas Dwi Woro Retno Mastuti, M.Hum Senin ( 14/10/2024)
Dalam pandangan Dwi Woro, seni wayang tidak hanya menjadi media hiburan semata, tetapi juga sarana edukasi yang memuat nilai-nilai kehidupan. “Wayang mengajarkan moral dan kebijaksanaan yang relevan di segala zaman. Di tengah gempuran teknologi digital, penting bagi kita untuk mengenalkan budaya ini secara langsung kepada generasi muda, agar mereka bisa merasakan dan memahaminya lebih mendalam,” tambahnya dengan penuh semangat.
Namun, mempertahankan relevansi seni wayang di era modern tentu bukanlah hal mudah. Ki Cahyo Kuntadi, yang dikenal sebagai dalang favorit di kalangan anak muda, sukses menghidupkan pertunjukan dengan sentuhan gaya santai dan humor yang dekat dengan keseharian generasi milenial dan Gen Z. Inovasi ini menjadikan pertunjukan wayang lebih segar tanpa kehilangan esensi tradisionalnya.
Selain pertunjukan Ki Cahyo Kuntadi, Festival Pengmas UI juga menampilkan dalang bocah seperti Fakih, mahasiswa FIB UI yang memukau penonton dengan penampilannya. Dr. Ari Prasetyo, S.S., M.Si., Dosen Ilmu Susastra FIB UI, menegaskan bahwa upaya regenerasi dalang muda sangat penting untuk keberlangsungan seni wayang di masa depan. “Dengan adanya dalang cilik, kita bisa melihat harapan baru bagi seni wayang Indonesia. Regenerasi menjadi kunci utama agar seni tradisional kita tetap hidup,” tuturnya.
Festival ini juga menampilkan inovasi dalam seni pertunjukan melalui Wayang Sinema Yogyakarta yang memadukan elemen tradisional dengan teknologi modern, seperti proyektor dan musik digital. Kolaborasi antara seni klasik dan teknologi tersebut sukses memberikan pengalaman visual dan audio yang lebih modern, sehingga wayang dapat dinikmati oleh penonton lintas generasi. Tak hanya itu, acara ini juga menyuguhkan berbagai kesenian lain seperti Reog Ponorogo, yang dipersembahkan oleh beberapa sanggar seni yang berkolaborasi dengan UI.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI, drg. Nurtami, Ph.D., Sp,OF(K), turut menyampaikan apresiasi atas keberhasilan acara ini. Ia mengungkapkan bahwa Festival Pengmas UI tidak hanya menjadi ajang bagi masyarakat untuk menikmati seni dan budaya, tetapi juga sarana edukatif yang bertujuan melestarikan warisan budaya bangsa. Selain itu, festival ini juga menjadi momentum bagi UI untuk memperkenalkan hasil inovasi dari berbagai program pengabdian masyarakat yang dijalankan selama lima tahun terakhir.
“Kami sangat mengapresiasi kontribusi para pengabdi terbaik dan manajer riset dari berbagai fakultas yang telah memberikan solusi nyata bagi masyarakat. Semoga pengabdian ini terus berlanjut, sehingga kita bersama dapat menghadapi tantangan global yang semakin kompleks dan mempercepat implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” ujar drg. Nurtami.
Festival Pengmas UI 2024 menjadi bukti nyata bahwa pelestarian budaya, inovasi, dan pengabdian masyarakat dapat berjalan beriringan. Melalui pertunjukan seperti wayang kulit, UI terus menunjukkan komitmennya dalam mengangkat nilai-nilai budaya bangsa, sekaligus memberikan ruang bagi inovasi untuk menghadapi tantangan zaman.( JW )