tribundepok.com – Dalam sebuah peristiwa yang sarat ironi dan penuh kejutan, lima anggota kepolisian telah tertangkap tangan dalam sebuah operasi anti-narkotika di Palsigunung, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Insiden yang terjadi pada malam Jumat (19/4) lalu menegaskan bahwa tidak seorang pun, bahkan penegak hukum, kebal dari hukum yang mereka lindungi. Keterlibatan mereka dalam penyalahgunaan narkotika telah membawa petaka pada karir mereka di kepolisian.
Penangkapan ini bermula dari kecurigaan masyarakat setempat yang melaporkan aktivitas mencurigakan para anggota kepolisian. Mayoritas dari mereka bertugas di Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Metro Jaya dan Satuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Timur. Empat anggota Ditresnarkoba yang terlibat adalah Briptu FAR, Briptu IR, Brigadir DW, Briptu FQ, dan Brigadir PR dari Sat Res Narkoba.
Kasus ini terungkap ketika Briptu FAR ditangkap di lokasi kejadian. Dari tangannya, petugas menyita empat paket sabu yang membawa mereka ke rumahnya untuk penggeledahan lebih lanjut. Di sana, mereka menemukan lebih banyak barang bukti narkotika dan alat-alat konsumsi sabu, termasuk bong dan timbangan elektronik.
Drama bertambah ketika di dalam kamar Briptu FAR ditemukan empat rekannya sedang berada. Tes urine yang dilakukan terhadap kelima anggota tersebut menunjukkan bahwa empat di antaranya positif mengonsumsi amphetamin dan methamphetamin, sementara satu lainnya, Brigadir DW, terbukti negatif.
Kapolres Metro Depok, Kombes Pol Arya Perdana, mengonfirmasi bahwa kasus ini telah dilimpahkan ke Polda Metro Jaya. “Mengingat kompleksitas dan keterlibatan anggota kepolisian dalam kasus ini, semua proses hukum selanjutnya akan ditangani oleh Polda,” ujarnya.pada wartawan
Insiden ini tidak hanya mengguncang kepercayaan publik tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar tentang integritas dan pengawasan internal di dalam korps polisi. Dari penggerebekan tersebut, barang bukti yang berhasil disita termasuk sebuah pistol Sigsauer dengan amunisi lengkap, yang menambah kekhawatiran tentang potensi bahaya yang lebih besar.
Kasus ini menyerukan sebuah refleksi mendalam tentang pentingnya pemberantasan korupsi dan penyalahgunaan wewenang di semua tingkatan pemerintahan, terutama di tubuh kepolisian yang seharusnya menjadi simbol penegakan hukum dan keadilan. Kredibilitas kepolisian kini teruji, dan masyarakat mengharapkan tindakan tegas dan transparan dalam menangani kasus ini agar kepercayaan terhadap institusi penegak hukum dapat dipulihkan.( Joko Warihnyo )