tribundepok.com – Permasalahan sampah jika tidak ditangani dengan baik akan jadi kesulitan tersendiri karena jumlahnya yang membludak baik di TPS maupun di TPA. Begitu pula di Depok .
TPA Cipayung yang seluas 11 hektar itu cukup kuwalahan dengan datangnya sampah setiap harinya terdapat sekitar 900-1.000 ton sampah. İtupun masih tersisa 300-400 ton yang tak terangkut.

Tak hanya di TPA bahkan di TPS Cimanuk yang ada di wilayahnya, juga kuwalahan mrnampung sampsh. İnilah yang membuat Kelurahan Baktijaya merasa perlu keseriusan dalam mengelola sampahnya.
Lurah Baktijaya M Yanih pun berupaya untuk menyelenggarakan konsentrasi pengelolaan sampah di 3 RW yakni RW 6,7 dan 12. Namun sebelum itu dilaksanakan Pelatihan Pemilahan Sampah Di Kelurahan Baktijaya Kecamatan Sukmajaya yang diselenggarakan, Kamis (26/10/23).
Sebagai nara sumber, Agustian dari DLHK mampu membuat peserta pelatihan memahami permasalaham sampah dan pengolahan sampah organik. Nampak hadir juga Septiawati Maina Sophia, Korcam Bank sampah Merdeka, Sukmajaya, Andi Pangeran Sitompul, Kasiepem Kel. Baktijaya. Kegiatan pelatihan pemilahan sampah ini diikuti oleh 40 perwakilan warga .
Menurut M Yanih , yang dilakukan Kelurahan bukan hanya menggelar pelatihan tapi juga menyediakan ember dan keranjang sampah yang akan diberikan kepada masing-masing peserta.
” İni untuk membantu mereka meyiapkan pemilahan sampah organik. Masing masing mendapat dua ember dan satu keranjang sampah. Berarti 80 ember dan 40 keranjang. Yang kami sediakan 120 ember berarti 40 lainnya bisa dibagikan pada warga di luar peserta pelatihab yang juga bersedia ikut memilah sampah,” paparnya.
Program pemilahan sampah dikerjakan, menurut Andi Pangerat, Kasiepem Baktijaya karena ini persoalan serius .
“Karena sampah organik itu menyumbang 50 % dari yang ada di TPS dan TPA nantinya, jadi program pemilahan sampah organik ini bisa membantu mengatasi persoalan sampsh yang menggunung,” ujar Andi.
Pernyataan Andi ini senada dengan Agustian Nara sumber pelatihan .
Menurut Agustian sampah itu bisa dipilah jadi 3 hal, sampah organik /sampah rumah tangga 50%, sampah an organik 30 % dan sisanya residu.
Sampah organik itu mudah di urai oleh bakteri. Sampah organik ini kategorinya dua ada yang basah dan yang kering .
” Nah sampah organik dari hasil kita nyampah setiap hari menurut data sekitar 50 % dan jadi sarang bakteri karena bisa busuk dan kena laler. Jadi harus ditangani dengan benar,” ujar Agustian.
Pengolahan sampah dari hulu sampai hilirnya harus tuntas semua. Agustian mengatakan dari sampah organik yang dikumpulkan warga tersebut nantinya akan ditangani DLHK. ” Nantinya DLHK akan menempatkan ember ember besar di setiap 20 rumah tangga di rw 6,7 dan 12. Yang tidak terurai masuk ke bank sampah,” tuturnya.
Menuju Kota Depok yang zero waste 2025 kelurahan Baktijaya optimis bisa terwujud, dengan adanya pengolahan sampah organik.
” Alhamdulillah kedepannya kita sudah 10 RW yg memilah sampah organik. Dan akan terus berkembang, inilah persiapan kita ,” pungkas lurah Baktijaya optimis. ( d’toro)