tribundepok.com – Debat publik ketiga Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok yang berlangsung di gedung Jakarta Global University (JGU), Grand Depok City (GDC), Kamis (21/11/2024), menjadi panggung panas adu argumen antara kedua pasangan calon. Pasangan nomor urut 1, Imam Budi Hartono-Ririn Farabi, dan pasangan nomor urut 2, Supian Suri-Candra Rahmansyah, saling serang dengan retorika tajam, memicu perhatian publik pada isu-isu sensitif yang selama ini menjadi sorotan di Kota Depok.
Sindiran ‘Kacang Lupa Kulit’ dari Paslon Nomor 1
Panasnya debat dimulai ketika segmen tanya jawab berlangsung. Paslon nomor urut 1, Imam Budi Hartono, melontarkan sindiran pedas terhadap Supian Suri, yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Depok. Imam menuding Supian sebagai seorang pemimpin yang lupa dengan asal-usulnya.
“Lucu juga ya, seorang Sekda yang seharusnya menjadi motor penggerak komunikasi pembangunan di Kota Depok, malah terlihat seperti mengeluh dan mengkritik. Ibarat kacang lupa kulitnya,” ucap Imam dengan nada tajam.
Sindiran tersebut semakin tajam ketika Imam menyebut bahwa ada dugaan Supian Suri melibatkan keluarganya dalam struktur pemerintahan. “Lucu juga kalau disebut wali kota kelompok, tapi ini lebih dari sekadar kelompok. Ada dugaan mengancam ASN yang tidak berpihak dan keluarganya sendiri banyak jadi pejabat di Depok,” lanjut Imam dengan nada yang memancing reaksi.
Pembelaan Supian Suri: Tuduhan Intervensi ASN
Menanggapi sindiran tersebut, Supian Suri tidak tinggal diam. Dengan penuh percaya diri, ia membalikkan serangan dengan membeberkan dugaan intervensi Wali Kota Depok, Mohammad Idris, terhadap Aparatur Sipil Negara (ASN). Supian menuding Wali Kota mengundang seluruh pejabat Eselon II dan III ke ruangannya untuk memberikan dukungan kepada pasangan nomor urut 1.
“Pak Imam, saya mau sampaikan ini supaya masyarakat tahu. ASN itu harus netral. Tapi dua hari yang lalu, Pak Wali melalui Bu Nina memanggil seluruh Eselon II dan III ke ruangannya untuk mendukung pasangan nomor urut 1,” ungkap Supian.
Ia juga mengungkapkan bahwa selain dukungan politik, para pejabat yang diundang diminta menyumbang dana untuk membantu kampanye paslon nomor urut 1. “Ini tidak adil. Paslon nomor 1 dapat dukungan besar dari Pak Wali, sementara saya tidak dapat apa-apa. Kasihan ASN, mereka ditekan. Biarkan mereka memilih sesuai hati nurani,” tegas Supian.
Dinamika Politik yang Menguji Demokrasi
Pertukaran argumen tajam ini tidak hanya memanaskan suasana debat, tetapi juga menyoroti dinamika politik yang terjadi di Depok. Tuduhan intervensi ASN oleh Wali Kota Mohammad Idris dan dugaan politisasi birokrasi menjadi isu krusial yang menuntut perhatian publik.
Di sisi lain, sindiran ‘kacang lupa kulit’ yang dilontarkan Paslon nomor urut 1 menunjukkan adanya persaingan sengit, tidak hanya dalam hal program kerja, tetapi juga dalam mempertahankan citra dan reputasi masing-masing.
Respons Warga Depok
Pasca-debat, warga Depok memberikan beragam tanggapan. Sebagian menilai debat tersebut lebih banyak diisi dengan serangan personal daripada pembahasan program yang konkret. “Saya menonton, tapi menurut saya terlalu banyak serang-serangan pribadi. Kita butuh solusi, bukan hanya sindiran,” ujar Rika, warga Beji.
Namun, ada juga yang mengapresiasi keberanian Supian Suri mengungkap dugaan intervensi ASN. “Kalau itu benar, tentu ini masalah serius. ASN harus netral, dan ini menunjukkan perlunya perubahan,” ungkap Dedi, warga Pancoran Mas.
Akankah Debat Mempengaruhi Pilihan Warga?
Debat ketiga ini menjadi momen penting bagi kedua pasangan calon untuk menarik simpati warga menjelang hari pemilihan. Meski demikian, narasi serangan pribadi yang mendominasi acara debat memunculkan pertanyaan besar: apakah ini akan membawa dampak positif atau justru mencederai kepercayaan masyarakat?
Masyarakat Depok kini menunggu tindak lanjut atas berbagai tuduhan yang dilontarkan, baik terkait dugaan intervensi ASN maupun pembuktian program kerja dari masing-masing pasangan calon. Dengan semakin dekatnya hari pemilihan, debat ini telah menambah bumbu persaingan politik yang semakin menarik perhatian publik. Akankah panasnya debat ini menjadi penentu kemenangan salah satu pasangan calon? Waktu yang akan menjawab.***