tribundepok.com – Dalam peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-78 Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) menjadi saksi keharmonisan antara umat Islam dan pemimpin negara. Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut hadir dalam acara yang dihelat pada pukul 06.30 WIB.
Dalam suasana religius, Jokowi memasuki GBK mengenakan peci, jas, dan melengkapi penampilannya dengan sarung hijau. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, menyambutnya bersama tokoh-tokoh penting NU, termasuk Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan bahwa peringatan Harlah Muslimat NU tidak semata-mata pemajuan acara, melainkan dipilih di tengah-tengah tanggal Hijriah dan Masehi. Dijelaskannya, Muslimat NU didirikan pada 26 Rabiul Akhir 1365 Hijriah atau bersamaan dengan 29 Maret 1946 Masehi.
“Jadi ini bukan dimajukan, ini di tengah-tengah antara Hijriah dan Masehi,” ujar Khofifah pada Wartawan Sabtu 20 Januari 2024
Dia juga menyebutkan bahwa beberapa cabang Muslimat NU, seperti di Sulawesi Selatan, Lampung, dan Maluku Utara, telah merayakan Harlah lebih awal.
Selain itu, Khofifah menjelaskan bahwa setiap cabang berhak memilih tanggal dan bulan peringatan Harlah sesuai kebijakan lokal mereka. “Biasa sampai enam bulan kita harlah keliling itu ya,” tambahnya.
Penting untuk dicatat bahwa gelaran Harlah ini bertepatan dengan peringatan Harlah NU yang jatuh pada 31 Januari mendatang. Khofifah menyebut bahwa hal serupa pernah terjadi pada Harlah ke-60 Muslimat NU, di masa Kiai Hasyim Muzadi.
Sebagai catatan sejarah, Nahdatul Ulama (NU) adalah organisasi umat Islam yang sangat dihormati dan dikenal di Indonesia. NU didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 M. Organisasi ini, yang terbesar di Indonesia, aktif dalam bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Sejak awal berdiri, NU memiliki kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Anggota NU terlibat aktif dalam pembangunan di berbagai bidang, menjadikan sejarah berdirinya NU sebagai rangkaian panjang dari sejumlah perjuangan kemerdekaan Indonesia, dipicu oleh masalah keagamaan, peneguhan mazhab, serta alasan-alasan kebangsaan dan sosial-masyarakat.( Joko Warihnyo )