tribundepok.com – Dalam suasana ketegangan ekonomi global, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami kenaikan di akhir perdagangan Kamis, menciptakan proyeksi yang memikat terkait kemungkinan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan bahwa potensi penurunan suku bunga BI-Rate dapat memberikan dampak positif terhadap penurunan bunga kredit, memperkuat sektor infrastruktur, dan membangkitkan konsumsi masyarakat.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa keputusan penurunan suku bunga BI-Rate akan dipengaruhi oleh beberapa kriteria, termasuk penguatan nilai tukar rupiah, kendali inflasi, dan perkembangan kredit dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, di pasar global, sentimen dipengaruhi oleh ketidakpastian terkait waktu penurunan suku bunga di Amerika Serikat, khususnya Fed Funds Rate (FFR). Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga di Maret mengalami penurunan, mencerminkan ketidakpastian di tengah perubahan kebijakan ekonomi global.
Ekonomi China, di sisi lain, melaporkan pertumbuhan yang sedikit lebih rendah dari perkiraan pada kuartal keempat, menunjukkan dampak pemulihan pasca-pandemi COVID-19 yang masih terbatas. Hal ini menciptakan tantangan ekonomi bagi China pada tahun 2024.
Pada penutupan perdagangan Kamis, rupiah berhasil menguat 19 poin atau 0,12 persen menjadi Rp15.624 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatat kenaikan ke posisi Rp15.630 per dolar AS, menciptakan ketegangan dan antisipasi di pasar keuangan global. Dengan pergerakan ini, mata uang Indonesia kembali menjadi fokus perhatian, memantik pertanyaan tentang arah suku bunga BI dan dampaknya terhadap stabilitas ekonomi di tengah dinamika global yang penuh ketidakpastian.( Joko Warihnyo )