tribundepok.com – Universitas Indonesia (UI) melalui Fakultas Teknik (FT) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “The Future of Silica: Innovations and Trends in Its Use.” Acara ini diinisiasi oleh Unit Pelayanan Pada Masyarakat (UPPM) DTK FTUI dan dipimpin oleh Riezqa Andika, ST, Ph.D.
Berbagai wilayah di Indonesia, seperti Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan, dikenal sebagai kawasan kaya sumberdaya pasir silika. Pasir silika dan turunannya memiliki peran vital dalam industri kimia, semen, kaca, keramik, refraktori, foundry, sandblast, resin coated sand, dan water treatment.
Dalam FGD ini, Ketua Departemen Teknik Kimia FTUI, Dr. Bambang Heru Susanto, menyampaikan harapannya bahwa acara ini menjadi titik awal bagi kolaborasi erat antara pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, akademisi, peneliti, dan asosiasi. “The Future of Silica,bukan hanya menjadi wadah diskusi, tetapi juga upaya untuk membentuk kebijakan dan mekanisme yang mendukung kemandirian industri silika Indonesia,” ujar Dr. Bambang Heru Susanto,Selasa (19/12/2023)
Salah satu sorotan dalam FGD adalah hasil inovasi dari peneliti lokal, seperti Dr. Agus Ismail dari FTUI yang berhasil mengembangkan pasir silika Lampung menjadi produk berharga. Produk ini termasuk natrium silikat, nano silika, dan bitumen anti-air berbasis nano silika superhidrofobik, yang dapat digunakan sebagai aspal jalan tahan air.
Dr. Murni Handayani dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga menciptakan inovasi seperti bitumen anti-basah, nano paint, material nano, dan penyimpan energi. Pertamina Research, Technology, and Innovation (RTI) turut berkontribusi dengan memanfaatkan silika sebagai produk samping dari energi geotermal, yang dapat diubah menjadi natrium silikat untuk berbagai keperluan.
Prof. Praswast PDK Wulan, penanggung jawab FGD, menekankan pentingnya inovasi dalam memproduksi silika dan turunannya untuk mengatasi tantangan di dunia silika. Meskipun Indonesia menghadapi tantangan hilirisasi komoditas silika, para pelaku industri berharap dapat memproduksi bahan baku secara mandiri, mengurangi ketergantungan pada impor, dan meningkatkan nilai tambah dalam industri.
Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, menyoroti manfaat kemandirian dalam pemanfaatan silika di Indonesia. Dengan memproduksi silika dan turunannya secara mandiri, Indonesia tidak hanya mengurangi pengeluaran devisa tetapi juga meningkatkan ketahanan industri terhadap fluktuasi pasar internasional. Kemandirian ini membuka peluang untuk mengoptimalkan sumber daya alam, menciptakan lapangan kerja lokal, dan meningkatkan nilai tambah industri di dalam negeri.
FGD dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan pemerintah, industri, dan akademisi. Diskusi dipimpin oleh Guru Besar DTK FTUI Prof. Abdul Wahid dan Dr. Intan Clarissa Sophiana, seorang dosen di DTK FTUI. Dalam diskusi tersebut, para peserta mengeksplorasi potensi sinergi untuk membawa industri silika Indonesia menuju kemandirian yang berkelanjutan.( Joko Warihnyo )