tribundepok.com – Suasana politik Depok semakin memanas menjelang pemilihan wali kota, terutama di wilayah Sukatani, Kecamatan Tapos. Dua kubu relawan dari pasangan calon Supian Suri-Chandra dan Imam Budi-Ririn bersitegang saat berlangsungnya kegiatan sosialisasi di RT 6 RW 22. Insiden ini pun ramai diperbincangkan setelah sebuah video cekcok antara relawan viral di media sosial.
Dalam video yang beredar, dua emak-emak yang merupakan relawan pasangan Imam-Ririn tampak mengenakan atribut kampanye berupa kaus dan membawa kalender bergambar calon yang mereka dukung. Saat mereka mendatangi warga, mereka mendapat penolakan keras dari seorang pria yang diketahui sebagai relawan Supian Suri-Chandra. Dalam video tersebut, pria tersebut, yang mengenalkan dirinya sebagai Ocing, menyatakan tidak terima wilayahnya didatangi oleh relawan pasangan rival.
“Enggak usah dikenalin, sudah ada template-nya, enggak bisa di sini,” ujar pria itu, yang langsung direspon oleh emak-emak relawan Imam-Ririn dengan mempertanyakan namanya. Pria tersebut menjawab tegas, “Nama saya Ocing Terserah ibu, catat saja, saya orang sini.”
Penolakan ini tidak lepas dari rasa kecewa warga Sukatani yang merasa wilayahnya kurang mendapat perhatian dari DPRD yang diusung partai pendukung Imam-Ririn, seperti PKS dan Golkar. Menurut seorang relawan Supian Suri-Chandra yang enggan disebutkan namanya, anggota DPRD dari PKS tidak pernah memperhatikan aspirasi pembangunan di lingkungan mereka, sehingga kehadiran tim Imam-Ririn dianggap hanya mendekati warga saat ada kepentingan politik.
“Selama ini yang membangun lingkungan kami itu Igun Sumarsono dari fraksi PAN. Jalan-jalan di sini semua dibangun atas usahanya. Sementara mereka dari PKS, selama ini ke mana saja? Jangan hanya mendekat kalau ada maunya saja,” ujarnya dengan nada kecewa.
Pardong, seorang warga Sukatani, turut memperkuat pernyataan tersebut. Ia menegaskan bahwa selama ini dukungan warga di lingkungannya lebih condong kepada pasangan Supian Suri-Chandra, dan bahwa perhatian pembangunan lingkungan lebih banyak datang dari tokoh-tokoh yang tidak terafiliasi dengan partai pendukung Imam-Ririn. Pardong juga mencurigai bahwa kubu Imam-Ririn berusaha “mengacak-acak” basis pendukung Supian Suri-Chandra, terutama setelah survei menunjukkan popularitas pasangan Supian Suri-Chandra mengungguli pesaingnya.
“Wilayah kami memang basis dukungan Supian Suri-Chandra, mungkin mereka mulai panik melihat hasil survei yang menempatkan Supian-Chandra unggul. Tapi yang harus mereka tahu, kami sudah punya pilihan, dan itu tidak akan berubah hanya karena kalender atau kaus kampanye,” ujar Pardong Sabtu ( 9/11/2024).
Penolakan ini mencerminkan ketegangan yang semakin meningkat di lapangan antara kedua kubu. Dukungan yang kuat kepada Supian Suri-Chandra di Sukatani menunjukkan bahwa warga lebih mempercayai calon yang dianggap benar-benar berkontribusi nyata dalam pembangunan lingkungan mereka. Bagi sebagian warga, kehadiran relawan dari kubu Imam-Ririn dianggap sebagai upaya tiba-tiba untuk mendekati masyarakat yang selama ini merasa diabaikan.
Seorang pengamat politik lokal menyatakan bahwa konflik antar-relawan dan penolakan warga terhadap tim kampanye kandidat lawan adalah hal yang wajar terjadi di daerah dengan basis dukungan yang kuat. Namun, ia mengingatkan bahwa penting bagi masing-masing tim untuk mengedepankan etika dan menghindari konfrontasi langsung di lapangan, mengingat masih ada waktu untuk berkampanye secara elegan.
Menjelang pemilihan, rivalitas antara tim Supian Suri-Chandra dan Imam-Ririn terus berlanjut, dengan masing-masing tim berupaya meraih dukungan sebanyak mungkin. Dalam persaingan politik yang ketat ini, aspirasi warga dan perhatian terhadap pembangunan lokal menjadi isu kunci. Peristiwa di Sukatani menjadi pengingat bahwa perhatian terhadap warga tidak seharusnya datang hanya saat mendekati pemilihan. Masyarakat berharap, siapa pun yang terpilih nantinya, dapat menunjukkan komitmen nyata untuk kesejahteraan dan pembangunan Depok, bukan sekadar mendekati warga saat musim kampanye tiba.( JW )