google-site-verification=Q8IqhJlJ-8kubb5NQVbJk3WGTzny8GJUwXqKF5Nb4Nk
BerandaSeputar Depok"Urban Farming di Depok : Dari Zona Rawan Menuju...
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

“Urban Farming di Depok : Dari Zona Rawan Menuju Masa Depan Mandiri “

tribundepok.com – Di tengah kemajuan pesat dan modernisasi Kota Depok, ada secercah harapan yang tumbuh subur di atas lahan urban farming seluas dua hektare di Jalan Juanda. Lahan ini bukan sekadar area pertanian biasa, melainkan sebuah rumah inovasi yang menjadi simbol perubahan sosial dan ekonomi. Berkat kolaborasi antara TNI Kodim 0508 Depok dan Komunitas Kampung Kita Depok (K3D), inisiatif ini berhasil melangsungkan panen perdana bawang merah, menandai langkah awal menuju transformasi masyarakat perkotaan.

Sebagai kota metropolitan dengan populasi yang terus bertambah, Depok dihadapkan pada tantangan berat: ketahanan pangan, ketimpangan ekonomi, hingga kebutuhan ruang hijau di tengah hiruk-pikuk urbanisasi. Di sinilah urban farming menjadi solusi inovatif yang merangkul lahan terbatas dan memberikan harapan baru. Namun, apakah Pemerintah Kota (Pemkot) Depok siap mengambil peran utama dalam mewujudkan keberlanjutan program ini?

Urban farming adalah gagasan bertani di kawasan perkotaan dengan memanfaatkan lahan-lahan kecil seperti pekarangan rumah, atap bangunan, atau lahan kosong. Tidak hanya menghasilkan bahan pangan segar secara lokal, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru, terutama di tengah harga bahan pokok yang terus melambung.

Momentum besar urban farming di Depok terjadi saat panen perdana bawang merah beberapa waktu lalu. Acara ini dihadiri Pangdam Jaya Mayjen TNI Mohamad Hasan, Dandim 0508/Depok, dan Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono. Kegiatan tersebut tak hanya memperlihatkan hasil kerja keras, tetapi juga menjadi tonggak sejarah.

“Kawasan ini dulunya rawan kriminal. Dengan kerja sama antara TNI, pemerintah, dan masyarakat, kini berubah menjadi simbol transformasi positif,” ujar Wakil Wali Kota Depok.

Keberhasilan ini tidak lepas dari kontribusi komunitas lokal seperti K3D. Pendiri K3D, Sungkowo Pujo Dinomo, yang akrab disapa Pak’de Bowo, menyampaikan optimisme bahwa urban farming mampu mengubah wajah kota. “Dulu, area ini hanya dikenal sebagai tempat masalah. Kini, masyarakat memandangnya sebagai sumber penghidupan. Urban farming harus terus diperluas agar dampaknya makin meluas,” ujarnya.

Besok, Selasa, 11 Desember 2024, kawasan urban farming di Jalan Juanda kembali menjadi sorotan. Panen raya kedua dijadwalkan berlangsung meriah, dengan melibatkan Badan Pangan Nasional, TNI Kodim 0508 Depok, dan K3D. Selain panen cabai besar-besaran, acara ini juga akan diwarnai gerakan pangan murah untuk membantu meringankan beban masyarakat di tengah tekanan ekonomi.

Walikota Depok, Wakil Walikota, serta Sekretaris Daerah (Sekda) juga dijadwalkan hadir, memberikan sinyal positif atas dukungan pemerintah terhadap urban farming. Kehadiran mereka diharapkan menjadi dorongan moral dan langkah nyata untuk memperluas program ini ke berbagai wilayah di Depok.

Meski berhasil menunjukkan hasil awal yang membanggakan, urban farming di Depok tidak luput dari tantangan. Infrastruktur yang belum memadai, kurangnya edukasi pertanian modern, serta keterbatasan anggaran masih menjadi hambatan utama. Dukungan Pemkot Depok dinilai belum maksimal, terutama dalam hal penyediaan akses teknologi, pelatihan masyarakat, dan pemasaran hasil panen.

Urban farming tidak boleh hanya menjadi proyek sementara atau sekadar tren. Program ini memiliki potensi besar untuk menjadikan Depok sebagai kota mandiri pangan. Di tengah krisis global terkait ketahanan pangan, inisiatif ini dapat menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia jika dikelola dengan serius dan berkelanjutan.

Kesuksesan urban farming di Depok adalah bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemerintah, TNI, dan masyarakat mampu menghasilkan perubahan signifikan. Namun, keberhasilan ini tidak cukup hanya dirayakan. Pemkot Depok harus mengambil langkah konkret untuk memastikan keberlanjutan program ini, mulai dari alokasi anggaran, pengembangan infrastruktur, hingga pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan.

Selain itu, kemudahan akses ke pasar menjadi poin penting. Tanpa dukungan pemasaran yang memadai, hasil panen yang melimpah bisa saja tidak memberi dampak maksimal bagi masyarakat. Urban farming harus menjadi bagian integral dari strategi pembangunan kota, bukan hanya proyek parsial yang mengandalkan inisiatif komunitas.

Urban farming bukan hanya soal bertani di kota. Lebih dari itu, ini adalah simbol perubahan, inovasi, dan harapan bagi masa depan yang lebih baik. Dengan dukungan penuh dari Pemkot Depok, kolaborasi yang erat dengan komunitas, serta partisipasi aktif masyarakat, program ini dapat menjadi tonggak sejarah baru yang membawa Depok menuju kemandirian pangan.

Depok kini berada di persimpangan jalan. Apakah program urban farming ini akan menjadi solusi berkelanjutan yang memperbaiki kehidupan masyarakat? Ataukah akan tenggelam dalam tumpukan wacana tanpa implementasi? Jawaban atas pertanyaan ini bergantung pada langkah-langkah konkret yang akan diambil .

Urban farming adalah masa depan, dan masa depan itu membutuhkan keberanian, komitmen, serta aksi nyata. Depok, inilah saatmu untuk bersinar dan menjadi pelopor perubahan.

Penulis
Pempred Tribundepok com

spot_imgspot_imgspot_img
tribun depok
tribun depokhttp://tribundepok.com
tribundepok.com - faktual update
tribundepok.com