tribundepok.com – Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dalam rangka sosialisasi dan pengabdian pada masyarakat, bekerjasama dengan Dinas Kesehatan kota Depok menyekenggarakan pelatihan dan pendampingan pada kader Posyandu se kota Depok dalam deteksi dan menyusun program stimulasi pada posyandu disabilitas tahun 2024 . Sekaligus hibah pendanaan matching fund kementerian riset ,pendidikan dan kebudayaan RI. Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu (10/8/24) di Gedung Balatkop Sukmajaya, Depok.
Kegiatan yang dipandu Dr.Suharsiwi, M.Pd ini mengusung Dr Ruwinah Abdul Karim, Clinical Director, Penawar Special Learning Centre, Johor Malaysia sebagai Nara sumber.
” Tema yang diangkat kali ini adalah bagaimana mengenali karakter anak berkebutuhan khusus dan intervensi dini pada anak berkebutuhan khusus. Kami berharap setelah pelatihan dan pendampingan ini para kader posyandu mampu mendeteksi secara dini adanya anak-anak disabilitas di wilayahnya ,” papar Dr Suharsiwi, yang sekaligus sebagai ketua pengabdian masyarakat di UMJ.
Sementara itu dalam sambutannya Kadinsos Kota Depok dr Mary Lizyawati menyatakan harapannya agar dari kegiatan ini banyak ilmu yang bisa diserap peserta.
” Kita kedatangan Dr Ruwinah , ahlinya jauh dari Malaysia, saya harap dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga pelatihan dan pendampingan yang akan dilaksanakan secara bertahap hingga Nopember mendatang ini hasilnya bisa maksimal,” ujarnya
Hadir dalam kegiatan ini kepala 12 puskesmas se kota Depok dan lebih dari 100 kader kader posyandu. Antusias mereka mengikuti pelatihan ini menimbulkan rasa optimis bahwa kedepannya posyandu disabilitas yang akan hadir semakin banyak di kota Depok ini akan memiliki kader yang mengerti permasalahan anak anak disabilitas.
Menurut Dr Ruwinah, anak -anak disabilitas memang bisa di deteksi sejak dini , ada yang dari lahir bisa dideteksi seperti down syndrom atau usia di bawah dua tahun seperti tunarungu. Semua bisa di deteksi dini sehingga orang tuanya bisa antisipasi tindakan apa yang harus dilakukan untuk buah hatinya seperti perlu segera memeriksakan ke dokter, berkonsultasi dengan psikolog atau pun melakukan terapi.
” Petugas posyandu bisa melakukan deteksi dini tapi tetap yang bisa memutuskan kondisi di anak dan langkah medisnya adalah dokter,” ujarnya mengingatkan .
Ruwinah menyatakan bahwa yang agak sulit seperti Dyslexia pun bisa dikenali.
” Untuk Dyslexia masalahnya bisa dideteksi usia 8 tahun. Mereka tidak bisa mengingat apa yg mereka lihat ( visual memory) dan auditory memory ( kesulitan mengingat ) mereka kesulitan menulis , membaca, berhitung dan mengeja. Jika tidak tahu orang lain merasa mereka tidak bisa apa apa, lambat dll padahal mereka dyslexia,” paparnya.
Ia juga menjelaskan secara rinci ciri-ciri dan perbedaan anak- anak Autis, ASD dan ADHD , ia berharap dengan menyadari kondisinya orang tua dan lingkungan di anak mampu memperlakukannya dengan benar sehingga tidak menimbulkan dampak buruk bagi si anak.
Tapi pada dasarnya penanganan anak berkebutuhan khusus butuh kadih sayang dan ketegasan orang tua dalam mendidik.
” Harus punya parenting skill sejak dini, harus ada ketegasan karena saat kecil jika tantrum selalu dituruti maka semakin besar semakin sulit dikendalikan. Ini sering jadi kesalahan orang tua yang tak ingin mendengar anaknya tantrum dan berusaha mengabulkan segala keinginan, akibatnya justru tak baik untuk perkembangan si anak,” ujar Dr Ruwinah.
Dalam kesempatan kegiatan tersebut. Yayasan HKMI , yang concern terhadap anak anak disabilitas turut hadir mendukung kegiatan dengan membawa beberapa anak untuk dijadikan contoh saat simulasi deteksi dini anak anak berkebutuhan khusus. ( ndra )