spot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
BerandaDepok Hari IniUI Kukuhkan Prof. Herman Suryadi sebagai Guru Besar, Dorong...

UI Kukuhkan Prof. Herman Suryadi sebagai Guru Besar, Dorong Kemandirian Farmasi Nasional Lewat Biomassa Lokal

tribundepok.com— Universitas Indonesia (UI) kembali mencetak tonggak penting dalam dunia akademik nasional Rabu, 16 April 2025, di Balai Sidang UI, Depok, Jawa Barat, Prof. Dr. apt. Herman Suryadi, M.Si secara resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Farmasi dari Fakultas Farmasi UI. Dalam pidato pengukuhannya yang inspiratif, Prof. Herman mengangkat tema besar yang menantang sekaligus menjanjikan: “Potensi Lignoselulosa dalam Mendukung Kemandirian Bangsa dalam Penyediaan Bahan Baku Farmasi, Khususnya Eksipien Farmasi.”

Di hadapan para akademisi, pejabat pemerintah, serta undangan dari berbagai sektor, Prof. Herman menyoroti ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku farmasi impor, terutama eksipien komponen non-aktif dalam obat yang sangat penting untuk efektivitas dan stabilitas produk.

Ia memaparkan bahwa salah satu eksipien utama, selulosa mikrokristalin (MCC), masih didominasi oleh impor, padahal Indonesia memiliki sumber daya biomassa lignoselulosa yang sangat melimpah.

“Salah satu contohnya adalah kulit buah kakao. Indonesia sebagai produsen kakao terbesar ketiga dunia, menghasilkan limbah kulit kakao dalam jumlah besar yang kandungan selulosanya tinggi. Ini adalah peluang emas yang belum dimanfaatkan optimal,” tegas Prof. Herman.

Melalui riset intensif bersama mahasiswa Fakultas Farmasi UI, ia menunjukkan bahwa MCC yang diekstraksi dari kulit kakao lokal memiliki kualitas setara dengan produk komersial global seperti Avicel PH101.

Dari sekitar 140.000 ton biomassa kulit kakao per tahun, Indonesia berpotensi menghasilkan 6.000 ton MCC jumlah yang cukup untuk memenuhi bahkan melampaui kebutuhan nasional saat ini yang berada di bawah 5.000 ton.

Tak hanya fokus pada potensi bahan baku, Prof. Herman juga mengulas beragam pendekatan pretreatment lignoselulosa, mulai dari fisik, kimia, fisikokimia, hingga biologis.

Ia menyoroti keunggulan pendekatan biologis/enzimatis karena lebih ramah lingkungan dan tidak menghasilkan limbah berbahaya.

“Dan ini baru dari kakao. Belum bicara tentang limbah pertanian lain seperti jerami, tongkol jagung, atau ampas tebu. Indonesia punya semua itu. Artinya, bukan hanya kita bisa mandiri, tapi kita bisa jadi eksportir eksipien farmasi,” ujarnya

Guru Besar tetap ke-23 dari Fakultas Farmasi UI ini juga menyerukan perlunya sinergi lintas sektor. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, industri farmasi, dan lembaga riset dalam mengakselerasi transformasi industri bahan baku farmasi nasional. Ia bahkan mengusulkan adanya dana abadi riset serta penguatan jalur riset di jenjang sarjana sebagai bagian dari strategi jangka panjang.

Pengukuhan ini menjadi momen penting dalam perjalanan akademik Prof. Herman, yang telah menempuh pendidikan S-1 Apoteker dan Farmasi di FMIPA UI (1990), melanjutkan S-2 di Kimia Farmasi ITB (1994), dan meraih gelar doktor di bidang Bioscience dari NAIST, Jepang.

Selama tiga tahun terakhir, Prof. Herman telah menghasilkan berbagai publikasi riset internasional seperti studi enzim laccase dan mangan peroksidase dari kulit kakao (2025), efek antibakteri dari kombinasi ekstrak herbal dan antibiotik terhadap bakteri Salmonella typhi (2024), serta ekstraksi senyawa aktif dari tanaman lokal untuk pengobatan penyakit mulut dan hati (2023).

Acara sidang pengukuhan dipimpin oleh Sekretaris Dewan Guru Besar UI, Prof. Dr. drg. Indang Trihandini, M.Kes, dan dihadiri oleh berbagai tokoh penting seperti Prof. Dr. Ir. Praswasti PDK Wulan, M.T (Sekretaris Majelis Wali Amanat UI), Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG (K), MPH (Ketua Senat Akademik UI), Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met (Rektor UI 2014–2019), Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D (Rektor UI 2019–2024), serta perwakilan dari BPOM dan kalangan industri farmasi.

Dengan pengukuhan ini, Universitas Indonesia tak hanya memperkuat barisan intelektualnya, tetapi juga mengirimkan pesan kuat kepada bangsa bahwa kemandirian farmasi bukan sekadar impian melainkan keniscayaan yang bisa dicapai lewat ilmu, inovasi, dan kolaborasi.***

Editor : Joko Warihnyo

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
tribun depok
tribun depokhttp://tribundepok.com
tribundepok.com - faktual update
error: tribundepok.com