Tribundepok.com-–Di tengah derasnya perubahan teknologi dan dinamika global, sebuah analisis kritis dari Nabilla Anazwa Tribowo, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, menyita perhatian publik pendidikan. Ia menyoroti bahwa sistem pendidikan Indonesia berada dalam fase genting fase yang menentukan kualitas generasi mendatang.
Nabilla menegaskan bahwa sistem pendidikan saat ini masih terjebak dalam pola lama era Revolusi Industri.bel sekolah, barisan kursi, guru sebagai pusat informasi. Sementara itu, dunia kerja menuntut keterampilan yang jauh berbeda. Laporan World Economic Forum 2023 bahkan memprediksi 44% keterampilan inti pekerja akan berubah dalam lima tahun ke depan. Sayangnya, sekolah di Indonesia masih berkutat pada hafalan dan nilai akademik, bukan kreativitas dan pemecahan masalah.
Kondisi ini diperburuk oleh stagnasi skor PISA, tekanan akademik berlebih, hingga meningkatnya masalah kesehatan mental pada pelajar. “Kita sedang mencetak generasi yang lulus secara akademik, tetapi kalah menghadapi tekanan dunia nyata,” ujarnya
Nabilla juga menyoroti kerumitan kebijakan pendidikan yang berubah setiap pergantian menteri, membuat sekolah kehilangan arah. Kualitas guru yang belum merata serta kurangnya penguasaan teknologi turut memperlebar ketimpangan antardaerah. Padahal, negara-negara maju sudah jauh melangkah,Finlandia menekankan kesejahteraan siswa, sementara Singapura mengarahkan pendidikan ke konsep “Learn for Life”.
Menurut Nabilla, pembaruan sistem pendidikan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak. Solusi yang ia tawarkan mencakup penguatan problem solving, kecerdasan emosional, metakognisi, hingga transformasi sekolah menjadi “ruang tumbuh”, bukan sekadar ruang belajar. Evaluasi pendidikan juga harus bergerak dari angka menuju penilaian autentik berbasis proyek dan portofolio.
Di akhir tulisannya, Nabilla memberikan tiga rekomendasi kunci,revolusi kurikulum, investasi besar di sektor guru, serta redefinisi makna sukses bagi siswa. “Generasi mendatang berhak mendapatkan pendidikan yang memberdayakan, bukan yang mengekang potensi mereka,” tegasnya.
Peringatan ini menjadi pengingat kuat bahwa masa depan Indonesia sangat ditentukan oleh keberanian untuk membenahi fondasi pendidikannya hari ini, bukan esok.***
Penulis : Nabilla Anazwa Tribowo
Institusi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
