tribundepok.com – Situ Bahar, salah satu situ ikonik di Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, kini berubah menjadi sorotan karena kondisinya yang memprihatinkan. Situ yang seharusnya menjadi kawasan resapan air, ruang publik, dan destinasi wisata lokal, justru berubah menjadi tempat dengan bau tak sedap akibat limbah yang mencemari airnya dari hulu hingga hilir. Warga bahkan menjulukinya sebagai “Comberan Besar.”
Laporan dari lapangan, Rabu (1/1/2025), menunjukkan bahwa pencemaran ini disebabkan oleh limbah rumah tangga, limbah pabrik, serta endapan sampah yang mengapung di permukaan air. Kondisi ini berlangsung cukup lama tanpa ada solusi yang berarti, sehingga mengundang perhatian tokoh masyarakat dan organisasi lingkungan.
Desakan kepada Pemerintah Kota Depok
H. Zarkasih, tokoh masyarakat setempat, dan Muhammad Antonius, Ketua Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan Nasional (JPKPN) Kota Depok, menyuarakan keprihatinan mereka terhadap situasi ini. Mereka mendesak Pemerintah Kota Depok dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) untuk segera bertindak, terutama menjelang musim penghujan.
“Kondisi Situ Bahar semakin parah. Ini bukan hanya masalah estetika, tapi juga fungsi vitalnya sebagai resapan air yang kini terganggu,” ujar Antonius.
Sementara itu, H. Zarkasih menekankan pentingnya upaya serius dari pemerintah untuk mengembalikan fungsi Situ Bahar. “Proyek perbaikan jangan hanya formalitas. Harus ada langkah nyata untuk menjadikannya ruang publik yang bersih dan nyaman,” tuturnya.
Penyebab Utama: Limbah dan Kurangnya Kesadaran
Pencemaran Situ Bahar diduga kuat berasal dari dua sumber utama: limbah rumah tangga dan pabrik. Kurangnya kesadaran warga dalam membuang sampah serta lemahnya pengawasan dari pemerintah daerah memperburuk situasi ini. Meski pernah ada proyek perbaikan, upaya tersebut dinilai tidak cukup untuk menjaga keberlanjutan lingkungan di sekitar Situ Bahar.
“Kami sudah sering melihat proyek dilakukan, tapi hasilnya tidak signifikan. Pemerintah harus lebih serius menangani ini. Jangan sampai Situ Bahar kehilangan seluruh fungsinya,” tegas Antonius.
Kolaborasi untuk Solusi
Baik Antonius maupun Zarkasih menyoroti perlunya kolaborasi intensif antara pemerintah, warga, dan organisasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah ini. “Kolaborasi harus lebih diperkuat. Kesadaran bersama adalah kunci untuk menjaga lingkungan yang sehat dan nyaman,” pungkas Antonius.
Sebuah Ironi
Situ Bahar, yang dulunya menjadi kebanggaan warga Sukamaju, kini berubah menjadi simbol ironi. Ketika daerah resapan air ini kehilangan fungsinya, masyarakat setempat tidak hanya kehilangan ruang publik yang asri tetapi juga menghadapi ancaman banjir akibat minimnya area serapan.
Dengan kondisi yang semakin memprihatinkan, desakan dari berbagai pihak diharapkan dapat membuka mata pemerintah Kota Depok untuk segera bertindak nyata, menyelamatkan Situ Bahar dari kehancuran total.( JW )