tribundepok.com – Sekolah Dasar Depok siap inklusi, artinya ke depan anak-anak berkebutuhan khusus akan bisa masuk di sekolah umum, terutama untuk jenjang SD. Demikian dinyatakan Syahril Simamora dari Pokjasif SD inklusif Dinas Pendidikan Kota Depok.
” Saat ini ada 8 SD model inklusi namun ke depan semua SD harus siap menerima anak inklusi. Tidak mudah, karenanya kami mengapresiasi kegiatan yang bisa membantu guru-guru memahami anak inklusi. Guru membutuhkan pengetahuan ini. Minimal bisa assessmen dan bisa ngasih tindakan yg tepat dalam menangani ABK di kelasnya.
Hal tersebut disampaikan Syahril Simamora di acara Program Assesmen dan Adaptasi Kurikulum Anak Berkebutuhan Khusus Guru Jenjang Sekolah Dasar Kota Depok, yang berlangsung di Baltkop Sukmajaya, Minggu ( 11/ 8/24). Kegiatan ini dihadiri sekitar 100 kepala sekolah dan guru SD se kota Depok.
Kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat oleh Universitas Muhammadiyah Jakarta bekerja sama dengan Disdik Kota Depok.
” Lewat kegiatan ini diharapkan sekolah -sekolah yang menerima anak berkebutuhan khusus bisa melakukan assesmen, mampu melakukan tindakan yang tepat dalam menghadapi anak-anak tersebut sesuai kondisinya, begitu pula dengan adaprasi kurikulumnya . Kegiatan ini berkesinambungan dan berkala hingga bulan Nopember nanti,” ujar Dr.Suharsiwi, M.Pd , ketua pengabdian masyarakat UMJ.
Pada kenyataanya para guru memang masih bingung dan tidak siap dihadapkan pada kondisi harus mengajar ABK yang berbeda-beda ketunaannya. Belum lagi masih ada orang tua yang tidak menerima anaknya dibilang ABK. Di sisi lain ada kekhawatiran , kondisi dan sikap ABK yang sensitif dan kadang agresif , bisa mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini dkeluhkan beberapa guru yang hadir dalam pelatihan .
Menanggapi hal ini
Dr Ruwinah Abdul Karim, Clinical Director, Penawar Special Learning Centre, Johor Malaysia sebagai nara sumber menyatakan, kesulitan seperti itu bisa saja terjadi . Namun bisa diatasi jika guru memahami kondisi siswa Anaknya dan tahu apa yang dialaminya. Sebab menangani anak autis, ADHD, Dyslexia atau lainnya memang berbeda-beda caranya. Ia pun menjelaskan satu persatu ciri -cirinya dan lewat ciri tersebut guru bisa melakukan tindakan yang tepat, saat mengajar dan memahami daya serap siswa terhadap pelajaran.
Dr. Ruwinah juga menjelaskan, apa saja yang bisa menyebabkan anak- anak tersebut hyper aktif ataupun tantrum di kelas dan bagaimana penanganannya.
” Bawa dia keluar dari kelas, caribtemoat yang tidak banyak menimbulkan rangsangan kada pikirannya, seperti terlalu terang atau ada banyak suara, peluk dari belakang dan tenangkan dengan menepuk – neouk Jangan biarkan teman-temannya merubung atau ikut sibuk mengomentari dirinya itu akan membuatnya terteksn dan lebih tantrum,” ujarnya memberi arahan.
Dr Ruwinah juga memberi arahan menghadapi anak ABK yang hyper aktif, karena tenaga mereka bisa 4 kali lebih besar dari anak normal. Ia mencontohkan misalnya meminta mereka fokus menggunting kertas, menghitung sesuatu atau melompat -lompat.
Di akhir sessi beberapa guru menyatakan mulai memahami, tapi tetap berharap pelatihan seperti ini dilanjutkan, karena masih banyak yang harus dipelajari terkait penanganan anak ABK ini.
Sementara M Ihsan, ketua HKMİ pegiat sosial yang berkecimpung menangani anak disabilitas, sangat mendukung kegiatan ini .
” Kami sangat mengapresiasi UMJ dengan kepeduliannya terhadap pendidikan dan ABK. Kegiatan ini sangat membantu, semoga kedepannya dengan pengetahuan yang di dapat guru-guru dari ahlinya, bisa lebih tepat menangani siswa ABK di sekolahnya,” pungkasnya. ( d’toro)