tribundepok.com – Memiliki anak disabilitas adalah tantangan tersendiri yang dihadapi oleh Joice Amelia, seorang ibu yang penuh perhatian. Pengalamannya membesarkan dan mendidik anak istimewa telah memberinya pelajaran berharga bahwa dibutuhkan usaha lebih untuk membentuk kemandirian dan rasa percaya diri pada anak-anak disabilitas.
Dari tantangan sehari-hari seperti tantrum hingga kesulitan mengungkapkan keinginan, Joice terus belajar melalui berbagai komunitas, ahli psikologi, dan sumber daya lainnya. Namun, kesadaran bahwa tak semua orang tua memiliki akses yang sama terhadap pendidikan dan sumber daya membuatnya tergerak untuk membantu mereka yang kurang mampu.
Bersama suaminya, Joice mendirikan Sekolah Alam Permata Disabilitas Indonesia (Permadani), sebuah sekolah yang mengedepankan pendidikan bagi anak-anak disabilitas tanpa membebani orang tua dengan biaya besar. Sekolah ini memberikan akses pendidikan gratis bagi anak-anak disabilitas dengan hanya memungut infak sebesar Rp 5.000 per kehadiran untuk kebutuhan operasional seperti alat tulis dan bahan ajar.
“Biaya pendidikan di sekolah luar biasa (SLB) cukup tinggi, belum lagi biaya untuk aktivitas lain seperti terapi atau pengembangan bakat. Kami ingin memberikan solusi bagi keluarga disabilitas yang kurang mampu dengan menyediakan pendidikan gratis di sekolah ini,” jelas Joice.
Didirikan pada 19 September 2023 di Cibinong, Sekolah Alam Permadani awalnya hanya memiliki enam murid. Kini, jumlah tersebut telah meningkat menjadi hampir 50 siswa. Pada 18 September 2024, sekolah ini resmi berada di bawah naungan Yayasan Permata Disabilitas Indonesia, yang dikelola oleh Joice sebagai pendiri dan Andri Syamputra sebagai ketua yayasan sekaligus kepala sekolah.
Sekolah Alam Permadani memiliki pendekatan yang unik karena para pengajarnya juga merupakan orang tua dari anak-anak disabilitas. Pengalaman mereka dalam merawat anak-anak berkebutuhan khusus memberikan kemampuan lebih dalam memahami dan menangani siswa yang sebagian besar adalah anak-anak dengan tuna grahita atau down syndrome, serta tuna rungu dan daksa.
“Kami menyeimbangkan antara pendidikan akademis dan pelatihan vokasi, sambil menggali potensi mereka di bidang seni dan olahraga. Kreativitas anak-anak dalam belajar juga diabadikan oleh salah satu guru kami, Tri Waluyo, yang aktif membagikan aktivitas sekolah melalui media sosial, termasuk di YouTube,” kata Joice.
Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh siswa di Sekolah Alam Permadani adalah olahraga dan menari. Aktivitas fisik ini tidak hanya membantu menyalurkan energi, tetapi juga menjadi cara untuk menjaring bakat. Kegiatan menari telah membuat anak-anak lebih percaya diri tampil di berbagai acara dan kompetisi yang digelar di pusat perbelanjaan maupun acara-acara yang mendukung anak disabilitas.
“Anak-anak kami sering tampil di acara yang melibatkan anak disabilitas, dan itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka dan orang tua,” tambah Joice.
Tak hanya fokus pada aktivitas di dalam kelas, Sekolah Alam Permadani juga memberikan pengalaman belajar yang lebih luas melalui kegiatan luar ruang (outing class), termasuk peternakan ikan, ayam, dan kebun sayuran di sekitar sekolah. Pengalaman ini membantu siswa memahami lingkungan sekitar mereka dengan cara yang menyenangkan dan mendidik.
Salah satu kegiatan yang baru saja dilakukan adalah Cooking Day pada Selasa, 8 Oktober 2024, di mana siswa belajar membuat burger di KFC Mayor Oking, Citeureup, Cibinong. Kegiatan ini disambut dengan antusias oleh siswa, dan Joice berharap akan ada lebih banyak pengusaha yang peduli untuk menyelenggarakan kegiatan serupa di masa mendatang.
“Anak-anak sangat senang. Kami berharap kegiatan seperti ini bisa mengetuk hati pengusaha lain untuk merangkul anak-anak kami dengan kegiatan membuat pizza, es krim, atau kegiatan lainnya,” harap Joice.
Sekolah Alam Permadani bukan hanya tempat belajar bagi anak-anak disabilitas, tetapi juga menjadi simbol harapan bagi mereka untuk meraih kemandirian dan kesuksesan di masa depan. (ndra)