tribundepok.com — Prof. Dr. dr. Budi Iman Santoso, Sp.OG, Subsp.Uroginekologi RE, MPH, meluncurkan autobiografi perdananya yang berjudul “Warisan Patriotisme: Mengabdi Tanpa Batas, Melampaui Tantangan” Kamis (12/9), di Auditorium Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI). Buku ini mengisahkan perjalanan hidup Prof. Budi sebagai dokter, peneliti, serta pemimpin berbagai organisasi medis nasional dan internasional. Tak hanya itu, buku ini juga berbagi kisah inspiratif tentang tantangan yang dihadapinya dalam memperjuangkan peningkatan kualitas tenaga medis di Indonesia.
Sebagai Guru Besar FKUI bidang Uroginekologi, Prof. Budi memiliki perjalanan karier yang panjang dan penuh dedikasi. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM selama dua periode, 2009–2014 dan 2014–2019. Dedikasinya dalam mengembangkan ilmu Uroginekologi tidak hanya diakui di Indonesia, tetapi juga di tingkat internasional.
Namun, siapa sangka, perjalanan Prof. Budi di dunia medis berawal dari sebuah “jebakan” ayahnya. Setelah lulus dari SMAN 3 Jakarta Selatan, Budi yang saat itu remaja bercita-cita masuk Teknik Elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, sang ayah, dengan kebahagiaan yang meluap, langsung menyarankannya masuk Fakultas Kedokteran UI.
“Ayah bilang, ‘Kamu masuk Kedokteran UI, itu lebih bagus. Kamu bisa menjadi dokter yang bermanfaat bagi banyak orang.’ Saya akhirnya menuruti nasihat Ayah sebagai bentuk bakti saya,” kenang Prof. Budi.
Awalnya, Budi menjalani pendidikan kedokteran dengan setengah hati. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai menemukan kecintaannya pada dunia medis. Melihat bahwa hanya 2 dari 35 teman sekelasnya di SMA yang berhasil menjadi dokter, Prof. Budi menyadari bahwa meski awalnya ragu, ia mampu menjadi ahli di bidang yang semula tidak diminatinya. “Kunci keberhasilan adalah fokus dan kesungguhan,” ungkapnya.
Prof. Budi kemudian mendalami bidang Uroginekologi, disiplin yang jarang diminati dan masih sedikit dokter yang menggelutinya. Hingga saat ini, hanya ada sekitar 60 dokter Uroginekologi di Indonesia.
Untuk memperdalam keahliannya, Prof. Budi mengelilingi Asia dan Eropa, mempelajari berbagai teknik bedah di bidang tersebut. Menurutnya, ilmu ini penting karena sangat berhubungan dengan kualitas hidup wanita, terutama setelah melahirkan.
“Kebanyakan wanita ingin memiliki anak, namun persalinan dapat menyebabkan trauma atau kerusakan otot dasar panggul,” jelasnya. Inilah yang menjadi fokus inovasinya melalui disertasi yang menghasilkan sistem Budi Iman Santoso Assessment (BISA). Sistem ini membantu memprediksi risiko disfungsi dasar panggul pada ibu usai melahirkan secara normal. Sistem BISA memberikan panduan kepada dokter dalam memutuskan apakah persalinan normal aman bagi ibu atau tidak.
“Inovasi ini dapat diterapkan di layanan kesehatan primer maupun tersier, untuk menekan kerusakan otot dasar panggul pada wanita pasca-persalinan,” ujar Prof. Budi.
Ia menekankan pentingnya pemeriksaan dalam tiga bulan pasca-persalinan, namun bila keluhan sudah muncul, intervensi harus segera dilakukan.
Buku “Warisan Patriotisme” tidak hanya berisi catatan perjalanan pendidikan dan karier, tetapi juga pandangan-pandangan Prof. Budi terkait berbagai isu kesehatan nasional. Dokumentasi pengalaman hidup serta peran keluarganya turut disajikan dalam buku ini, sebagai wujud dedikasi tanpa batas bagi bangsa.
“Semoga buku ini menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya dan memberikan manfaat bagi para pembaca,” harapnya.
Bagi Prof. Budi, dedikasi terhadap profesi adalah salah satu bentuk pengabdian kepada negeri. Kisahnya menjadi bukti bahwa dengan fokus dan kesungguhan, tantangan apa pun dapat dilampaui demi memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat.*