tribundepok.com — Isu “matahari kembar” kembali menghangat di panggung politik nasional. Setelah sejumlah menteri Kabinet Merah Putih mengunjungi Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), saat momen Idulfitri 2025, spekulasi politik pun bermunculan. Benarkah ada dua pusat kekuasaan di pemerintahan baru? Atau sekadar silaturahmi biasa yang dibesar-besarkan?
Menanggapi isu tersebut, Presiden Prabowo Subianto akhirnya buka suara. Ia menepis anggapan adanya ketegangan atau friksi kekuasaan antara dirinya dan Jokowi. Baginya, kunjungan para menterinya ke Jokowi saat Lebaran bukanlah sesuatu yang perlu diributkan.
“Saya sama sekali tidak merasa terganggu. Itu tradisi silaturahmi yang baik. Justru saya menghargainya,” ujar Prabowo dalam pernyataan resmi yang disampaikan melalui Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, Selasa (22/4/2025).
Menurut Muzani, Presiden Prabowo melihat momen Lebaran sebagai waktu untuk mempererat persaudaraan bukan panggung politik. Ia juga menegaskan bahwa hubungan antara Prabowo dan Jokowi tetap harmonis, jauh dari bayang-bayang dualisme kekuasaan yang disebut-sebut sebagai “matahari kembar”.
Isu ini sebelumnya mencuat setelah sejumlah tokoh politik mengkritisi intensitas komunikasi antara menteri-menteri di bawah Presiden Prabowo dengan Jokowi. Bahkan, ada narasi yang menyebut bahwa Jokowi masih memegang pengaruh kuat dalam pengambilan keputusan, hingga memunculkan istilah “dua matahari” dalam satu langit pemerintahan.
Namun, kritikan ini dibantah tegas oleh Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Idrus Marham. Ia menyebut framing politik semacam itu sebagai bentuk provokasi yang tidak berdasar dan berpotensi memecah belah.
“Silaturahmi jangan ditarik-tarik ke politik kekuasaan. Itu murni budaya kita, apalagi di Hari Raya. Tidak etis jika dipelintir menjadi sinyal politik,” kata Idrus kepada wartawan.
Di tengah dinamika transisi pemerintahan dan ekspektasi publik terhadap duet Prabowo-Gibran, isu matahari kembar memang rawan dijadikan bahan spekulasi politik. Namun sejauh ini, Prabowo tetap menunjukkan sikap tenang dan terbuka.
Pengamat politik dari LIPI, Dr. Yenny Kusuma, menilai bahwa reaksi santai Prabowo merupakan strategi komunikasi yang cerdas. “Dia ingin menunjukkan bahwa kendali pemerintahan tetap solid, dan tidak perlu ada paranoia berlebihan soal pengaruh Jokowi,” katanya.
Dalam kancah politik Indonesia, silaturahmi memang kerap menjadi ‘ruang baca’ yang multitafsir. Tapi Presiden Prabowo tampaknya ingin menegaskan bahwa dalam kepemimpinannya, adab dan etika sosial tetap didahulukan bukan kecurigaan politik.
Matahari mungkin lebih dari satu di langit, tapi dalam pemerintahan, ia menegaskan hanya ada satu komando yaitu Presiden Prabowo ***
Editor : Joko Warihnyo