tribundepok.com – Rencana pengiriman satu brigade komposit Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke Gaza, Palestina, menandai langkah penting Indonesia untuk menjadi pemain global di bawah pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Pengamat politik dan militer Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting, menyatakan bahwa langkah ini merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah pengiriman pasukan perdamaian bagi Indonesia.
“Rencana pengiriman satu brigade komposit pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam sekali pengiriman langsung, merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah pengiriman pasukan perdamaian bagi Indonesia,” kata Selamat Ginting di Jakarta, Jumat (7/6/2024).
Amanat Konstitusi
Brigade komposit tersebut terdiri dari batalyon zeni (insinyur tempur), batalyon medis (kesehatan), batalyon intendans (perbekalan), dan batalyon pendukung keamanan, dengan total sekitar 2.000 personel gabungan dari tiga matra TNI. Langkah ini selaras dengan salah satu tujuan bernegara dalam konstitusi Indonesia, yakni ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dengan pengiriman pasukan sebanyak itu dalam satu kali pengiriman, lanjut Ginting, menjadikan Indonesia pemain global yang diperhitungkan di dunia. Diharapkan kemampuan diplomasi presiden terpilih Prabowo Subianto akan jauh lebih baik dibandingkan Presiden Jokowi yang dinilai minim tampil dalam kancah global, termasuk di markas PBB.
Utang Terbesar Indonesia
Hingga akhir 2023, Indonesia masuk dalam daftar enam negara terbesar yang mengirimkan pasukan perdamaian di bawah bendera PBB. Dengan pengiriman satu brigade komposit TNI, Indonesia akan masuk dalam tiga besar negara di dunia yang paling banyak mengirimkan pasukan perdamaian PBB.
“Ingat salah satu utang terbesar Indonesia yang dikemukakan sejak Konferensi Asia Afrika di Bandung 1955 adalah kemerdekaan Palestina,” ujar Ginting.
Pembukaan UUD 1945 menyebutkan tujuan bernegara Indonesia, termasuk melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Ginting menekankan bahwa setiap pemerintahan di Indonesia harus melaksanakan program tersebut sebagai amanat konstitusional.
Diplomasi Militer
Pengiriman pasukan perdamaian di bawah bendera PBB sekaligus wujud implementasi diplomasi militer Indonesia. Batalyon Zeni akan melakukan fungsi konstruksi, destruktif, dan penjinakan bahan peledak. Batalyon Kesehatan yang didukung Rumah Sakit Lapangan di dalam Kapal Perang RI akan membantu warga Gaza yang membutuhkan pertolongan medis. Batalyon Intendans akan menyiapkan dapur logistik makanan dan minuman bagi para pengungsi.
“Tentu saja, dalam melaksanakan tugasnya, tiga batalyon ini harus dilindungi batalyon pendukung keamanan agar lebih fokus pada kerja utamanya kemanusiaan,” ujar Ginting.
Pengiriman brigade komposit TNI dalam bendera PBB diakui berisiko tinggi, mengingat kondisi zona tempur di Gaza dan tentara Israel yang kerap mengabaikan seruan dunia melalui resolusi PBB. Keberanian presiden terpilih Prabowo Subianto dalam forum Shangri-La di Singapura baru-baru ini untuk mengirimkan pasukan TNI ke Gaza Palestina patut diapresiasi. Langkah cepat Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dalam membentuk Brigade Komposit untuk pasukan perdamaian PBB juga mendapat pujian.
Pengiriman brigade komposit ini mencerminkan komitmen Indonesia dalam mendukung perdamaian dunia dan memperkuat posisinya sebagai pemain global yang aktif dalam diplomasi militer dan kemanusiaan.***