tribundepok.com – Wali Kota Depok, Mohammad Idris didampingi istri sekaligus Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kota Depok, Elly Farida meresmikan Musala Al-Hijrah di RW 06 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Sabtu (14/10/2023).
Peresmian musala tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti yang dilakukan Wali Kota Depok, Mohammad Idris.
Wali Kota Depok Mohammad Idris yang kerap disapa Kyai Idris mengaku, ini salah satu musala yang pembangunannya dilandasi perjuangan.
Sebab, pembangunan musala yang dilakukan secara secara swadaya oleh masyarakat ini, dapat terselesaikan dalam jangka waktu tiga tahun, dari 2021 hingga 2023.
“Mengumpulkan hampir Rp1 miliar, sekitar Rp899 juta, ini pasti mereka mengerjakannya sendiri,” kata Kyai Idris di sela-sela kegiatan.
Pada kegiatan itu, Kyai Idris bersama Ketua TP-PKK Kota Depok, Elly Farida yang akrab disapa Bunda Elly juga turut memperingati acara Maulid Nabi Muhammad 1445 Hijriah sekaligus memberikan santunan ke 30 anak yatim yang ada di lingkungan sekitar Musala Al-Hijrah.
“Maulid Nabi bahasa kerennya itu Maulid Peradaban, beradab itu artinya orang yang tidak kampungan dan mempunyai martabat tinggi,” ujar Kyai Idris.
“Karena ketika Nabi (Rasulullah) lahir, masa remaja sudah memperlihatkan sikap perilaku beradab, sopan santun berakhlak mulia, sampai Nabi dipercaya sebagai remaja dengan julukan Al-Amin, orang yang jujur, orang yang amanah, itu tokoh pemimpin yang luar biasa,” jelasnya.
Dikatakannya, Nabi Muhammad mendapat wahyu mengenai literasi di surat Al-Alaq, baca alam semesta ini untuk menuju kemajuan.
Kyai Idris pun menyampaikan sejumlah pesan Nabi Muhammad SAW yang penting bagi umat Islam para calon pemimpin maupun pejabat publik.
“Pertama, yang kita lakukan untuk kepentingan bangsa, tidak egois untuk umat Islam, tidak egois untuk satu suku tertentu, tapi untuk umat manusia,” ucapnya.
“Makanya nabi ketika sampai di Madinah, seruan nabi ‘Ayyuhannas’, wahai kalian manusia di situ ada orang yahudi, kristiani, umat muslim, Anshar, Muhajirin, ada suku-suku juga,” terang Kyai Idris.
Artinya, ke depankan lah politik kebangsaan yang bisa mengalahkan kepentingan partai politik.
“Jangan bela-belain partai politik dengan mengalahkan kepentingan negara, jadi kacau,” tegas Kyai Idris.
“Kedua, politik pemberdayaan, politik berbagi, politik menyejahterakan, pesan nabi apa yang kedua, wa’ath’imuth tho’aam, makanya Maulid kita mengundang anak yatim,” jelasnya.
Ketiga, adalah politik silaturahmi, wasiilul arham, seperti seseorang yang ingin berada di legislatif untuk merebut kursi dan kekuasaan dengan cara silaturahmi.
“Tidak boleh jelek-jelekin orang, merendahkan orang lain, memperdaya orang, karena pesan Nabi, wasiilul arham,” kata Kyai Idris.
Keempat adalah politik spiritual, washallu billaili wannaasu niyaam, perpolitikan dalam Islam tidak boleh melupakan aspek spiritualitas.
“Antara lain, ngaji, ceramah, baca Alquran, semua itu media spiritualitas supaya terasah terus, sehingga hubungan vertikal kita kepada Allah SWT berjalan bagus, karena nanti menentukan juga hubungan horizontal,” paparnya.
“Makanya, doa Sayyidina Umar yang dilegitimasi dan disahkan oleh Nabi, Ya Allah lantaran dosa-dosa kami, jangan Engkau beri kekuasaan, jangan Engkau berikan kursi kepada mereka yang tidak takut kepada Allah dan tidak mempunyai rasa kasih sayang kepada rakyatnya,” jelasnya.
“InsyaAllah kita nanti punya pemimpin yang peduli kepada rakyatnya, peduli kepada bangsa dan negara kita,” tandas Kyai Idris. (red)