tribundepok.com – Kasus penderita Covid-19 di Asia Tenggara dan secara global kembali memuncak, mencapai 2.204 kasus per 19 Desember 2023, seperti yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peningkatan ini terjadi sejak pekan ke-41, dengan faktor seperti mutasi varian virus dan penurunan imunitas setelah enam bulan vaksin diduga menjadi pemicu.
Menurut Riza Pahlawi, seorang ahli fisioterapi olah raga dan kardiorespirasi serta dosen di Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia, sebelumnya, Covid-19 sudah mulai mereda pada tahun 2022. Namun, muncul masalah baru yang disebut Long-Covid Syndrome (LCS). Ini mencakup berbagai gejala pasca-infeksi SARS-CoV-2, yang juga berdampak buruk pada atlet dengan masalah fisiologisnya.
Riza menjelaskan bahwa infeksi Covid-19 dapat mencapai jantung, menyebabkan abnormalitas seperti inflamasi, fibrosis, myocarditis, dan pericarditis. Atlet yang terinfeksi bisa mengalami gejala atau tidak, tergantung pada sistem imun masing-masing individu. Meskipun ada masalah pada sistem kardiorespirasi, atlet perlu tetap berlatih dengan intensitas rendah untuk memperbaiki sistem tersebut.
Program latihan harus dilaksanakan secara bertahap untuk menghindari inflamasi jantung yang dapat diperparah oleh latihan intensitas tinggi. Latihan aerobik dengan intensitas rendah-moderat, seperti jogging dan jalan cepat, direkomendasikan. Dosis latihan ditentukan berdasarkan persentase maximum heart rate (HRmax). Riza menekankan perlunya pemeriksaan rutin selama enam bulan setelah terinfeksi, terutama bagi atlet yang pernah terjangkit Covid-19.
Dalam konteks atlet yang mengalami inflamasi jantung, program fisioterapi dengan latihan aerobik, latihan ketahanan, dan latihan pernapasan intensitas rendah-moderat dianggap sangat efektif. Tujuannya adalah membantu atlet mempertahankan kondisi fungsionalnya dan memberi waktu pada jantung untuk pulih dan kembali normal. Riza berharap isu Long-Covid Syndrome menjadi perhatian serius bagi para atlet, mendorong mereka untuk melakukan pemeriksaan detail guna memastikan kesehatan dan kemampuan kembali ke arena olahraga dengan intensitas yang sama seperti sebelumnya.( Joko Warihnyo )