tribundepok.com — Dalam suasana penuh kehangatan budaya dan spiritualitas, Presiden kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya menegakkan nilai kebenaran dengan fondasi ilmu, iman, dan keberanian. Pesan ini ia sampaikan usai menghadiri pertunjukan teater musik kolaborasi antara seniman Indonesia dan Uzbekistan di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa (15/4/2025).
Megawati, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa tiga nilai utama itu ilmu, iman, dan keberanian adalah kompas moral yang akan selalu membawa manusia ke jalan yang benar, tidak hanya dalam kehidupan pribadi, tetapi juga dalam berbangsa dan bernegara.
“Saya sangat yakin bahwa kalau kita benar-benar menjadi manusia seutuhnya, kebenaranlah yang selalu pasti akan menang,” ucap Megawati dengan nada sarat refleksi.
Ia menyambung keyakinannya itu dengan ajaran spiritual Buddha Gautama, yang juga menyampaikan bahwa kebenaran adalah kekuatan tertinggi yang akan selalu muncul sebagai pemenang, meski seringkali harus melintasi jalan yang sunyi dan penuh tantangan.
Namun tak hanya bersandar pada filsafat dan kepercayaan, Megawati kemudian membawa ingatan publik pada salah satu momen bersejarah bangsa ziarah Presiden Soekarno ke makam Imam Al-Bukhari di Samarkand, Uzbekistan, tahun 1956. Sebuah kunjungan yang pada masa itu nyaris mustahil dilakukan karena ketatnya kontrol pemerintah Uni Soviet terhadap agama dan ekspresi keagamaan.
“Permintaan yang kedengarannya sederhana itu adalah bentuk keyakinan spiritual dan kewibawaan politik seorang pemimpin,” tutur Megawati.
Menurutnya, keberanian Bung Karno untuk tetap meminta ziarah ke makam ulama besar perawi hadis tersebut bukan hanya menunjukkan keberanian politik, tetapi juga kecintaan terhadap ilmu dan sejarah Islam. Bung Karno berhasil membuka kembali ruang spiritualitas umat Islam di kawasan Asia Tengah, yang saat itu nyaris terkubur dalam tekanan rezim komunis.
Megawati pun berbagi pengalaman pribadinya saat mengikuti jejak sang ayah dengan menziarahi makam Imam Al-Bukhari pada Oktober 2024 lalu. Ia mengaku merasakan getaran spiritual yang kuat, seolah menyatu dalam jejak sejarah dan perjuangan lintas zaman yang ditorehkan oleh ayahnya.
“Saya berdoa di sana, membayangkan Bung Karno berdiri di tempat yang sama, membawa pesan damai, ilmu, dan keteguhan iman,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Acara malam itu semakin terasa sakral karena dikemas dalam sebuah pertunjukan teater musik yang memukau. Disutradarai oleh Ahmad Fauzi dari Indonesia dan Valikon Kumarov dari Uzbekistan, drama musikal ini menyuguhkan kisah perjalanan Imam Bukhari yang dikaitkan erat dengan semangat perjuangan Bung Karno.
Bagi Megawati, pertunjukan ini bukan sekadar seni panggung, melainkan jembatan sejarah dan spiritual antarbangsa yang melampaui sekat budaya dan waktu.
“Semoga kisah Imam Al-Bukhari dan Bung Karno ini menjadi pengingat bahwa ilmu, iman, dan keberanian selalu akan menemukan jalannya,” pungkas Megawati.
Malam itu, seni, sejarah, dan spiritualitas bertaut dalam satu panggung yang bukan hanya menggugah emosi, tapi juga membuka ruang kontemplasi: bahwa dalam hiruk-pikuk dunia modern, nilai-nilai luhur tetap menjadi cahaya yang menuntun kita menuju kebenaran sejati.***