tribundepok.com – Prestasi membanggakan berhasil diraih oleh Nurisha Kitana, mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang terpilih sebagai delegasi UNICEF Indonesia dalam ajang The 4th Global NCD Alliance Forum yang diselenggarakan di Kigali, Rwanda, pada 10-17 Februari 2025. Forum internasional ini merupakan bagian dari persiapan menuju UN High-Level Meeting mengenai Non-Communicable Diseases (NCDs) dan Kesehatan Mental yang akan datang.
Nurisha, yang merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, menjadi delegasi termuda di antara perwakilan dari lebih dari 66 negara. Di acara bergengsi tersebut, ia juga menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia.
Sebagai seorang young leader yang berfokus pada pengabdian masyarakat, Nurisha membawa misi yang sangat personal dan mendalam, yaitu memperjuangkan hak-hak penyintas gangguan jiwa melalui Gandeng ODGJ, sebuah organisasi yang ia dirikan untuk melakukan advokasi terkait kesehatan mental.
Keikutsertaan Nurisha di forum ini tidak hanya sebagai delegasi, tetapi juga sebagai pembicara yang aktif menyuarakan isu-isu kesehatan mental di depan forum internasional.
Selama di Rwanda, ia berkesempatan untuk terlibat dalam berbagai sesi penting, seperti youth communication booth, panel session, satellite session, dan plenary session. Momen yang paling berkesan baginya adalah saat ia terpilih menjadi pembicara dalam UNICEF Session of Youth Empowerment, yang merupakan bagian dari Pre-Conference Global NCD Alliance Forum 2025.
Nurisha Kitana,menyampaikan gagasan strategis tentang pentingnya memperjuangkan akses kesehatan mental yang lebih baik, serta menciptakan peluang bagi penyintas gangguan jiwa agar dapat diterima kembali di masyarakat setelah menjalani perawatan.
“Sebagai delegasi termuda dengan usia 20 tahun, saya merasa sangat bangga bisa menjadi bagian dari diskusi penting ini dan menyampaikan gagasan-gagasan strategis. Di forum ini, saya berkesempatan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pakar kesehatan, perwakilan pemerintah, hingga organisasi internasional seperti WHO dan UN,” ungkap Nurisha Kamis (20/2025)
“Melalui forum ini juga, kami para delegasi muda berhasil menghasilkan Kigali Youth Statement, sebuah deklarasi yang mendukung pertemuan tingkat tinggi PBB mengenai NCDs dan Kesehatan Mental.”
Sebagai seorang aktivis muda, Nurisha menegaskan pentingnya suara anak muda dalam menyuarakan isu-isu kesehatan mental yang sering kali terabaikan.
“We are the voice of the voiceless. Sebagai mahasiswa yang berfokus pada pengabdian masyarakat, saya yakin bahwa setiap orang, terutama mereka yang mengalami gangguan jiwa, berhak mendapatkan kesempatan untuk didengar dan dipahami,” kata Nurisha, dengan penuh semangat.
Dukungan terhadap Nurisha juga datang dari pimpinan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Dekan FISIP UI, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, menyatakan bahwa peran serta suara anak muda sangat strategis dalam memberikan solusi konstruktif terhadap isu-isu global.
“Keberhasilan Nurisha Kitana sebagai delegasi UNICEF Indonesia di forum global ini bukan hanya menjadi kebanggaan kami, tetapi juga menunjukkan bahwa anak muda Indonesia memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi nyata dalam skala internasional,” ujar Prof. Semiarto.
Lebih lanjut, Prof. Semiarto menambahkan bahwa peran Nurisha dalam advokasi kesehatan mental, khususnya dalam membantu penyintas gangguan jiwa, sangat relevan dengan misi kemanusiaan yang ingin dicapai oleh banyak negara. Ia berharap pencapaian ini bisa menjadi inspirasi dan role model bagi generasi muda lainnya di Indonesia dan dunia.
Dengan keberhasilan ini, Nurisha Kitana tidak hanya mengharumkan nama Universitas Indonesia, tetapi juga membuktikan bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam mengatasi tantangan global, khususnya dalam masalah kesehatan mental yang saat ini semakin mendapatkan perhatian dunia.
Semangatnya untuk memperjuangkan hak-hak penyintas gangguan jiwa dan mengurangi stigma sosial terhadap mereka menjadi contoh nyata tentang bagaimana mahasiswa bisa berperan dalam perubahan sosial yang lebih besar.*
Editor : Joko Warihnyo