tribundepok.com, Jakarta – Bertempat di Auditorium CGV FX Sudirman Jakarta pada Selasa (19/12) Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset Dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengadakan press conference peluncuran film karya Ratna Asmara yang diproduksi tahun 1952 yang hampir punah, dan tindakan restorasi sebagai bentuk penyelamatan dari format seluloid ke format digital yang lebih modern Film yang dirilis oleh sutradara wanita pertama ini sudah di restorasi dan mengalami dua kali pemprosesan scan untuk mendapatkan hasil yang mendekati sempurna sebab melihat usia film ini tergolong sudah tua kurang lebih setengah abad sejak di produksi serta materi yang diperoleh kurang lengkap.
Namun film yang sudah berusia 51 tahun lebih ini tetap dikerjakan meski memakan waktu masa proses 180 hari penyelesaian dengan faktor kesulititan terdapat pada masalah audio.
Sebenarnya ada beberapa film yang sudah direstorasi diantaranya Darah Dan Doa karya Usmar Ismail yang diproduksi tahun 1950 dan direstorasi tahun 2013, Pagar Kawat Berduri karya Asrul Sani produksi tahun 1961 dan direstorasi tahun 2017.
Kemudian Bintang Ketjil karya Wim Umboh dan Misbach Yusa Biran, produksi tahun 1963 dan direstorasi tahun 2018. Sedangkan Kereta Api Terakhir karya Mochtar Soemodimedjo yang diproduksi tahun 1981 direstorasi tahun 2019.
Serta Dr. Samsi karya Ratna Asmara yang diproduksi Djakarta Film tahun 1952 dimana film ini merupakan saduran dari cerita sandiwara dengan judul yang sama dan dipilih karena usia filmnya serta memiliki nilai sejarah tentang perfilman Indonesia.
Tujuan merestorasi film lawas ini adalah memperlihatkan kinerja Kemendikbudristek khususnya Direktorat Perfilman, Musik, dan Media dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk melestarikan artefak dan budaya untuk lebih banyak lagi.
Selain itu materi seluloid 35 mm yang tersimpan dalam koleksi Sinematek Indonesia dalam kondisi yang nyaris punah dan tidak lengkap, untuk itu dilakukan restorasi guna kembali menjadi lebih baik.
“Restorasi dan peluncuran kembali film Dr. Samsi diharapkan dapat menambah kekayaan arsip dan penyelamatan materi yang selama ini pernah menjadi catatan kejayaan sinema nasional. Menurutnya, pengarsipan dan restorasi film ini menjadi salah satu kerja nyata Kemendikbudristek menghargai peran para sutradara sekaligus karya-karyanya dalam dalam membangun Industri Perfilman Indosesia.” Ungkap Ahmad Mahendra Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek dalam sambutannya.
“Kegiatan pengarsipan dan penyelamatan film-film kolosal yang pernah berjaya sudah dilakukan sejak tahun 2019 melalui pendataan dan pemetaan judul sinema dengan materi pita seluloid di seluruh Indonesia. Dari situ kemudian dilakukan durasi dengan beberapa kriteria,” tambah Ahmad Mahendra, Mahendra melanjutkan, “film-film masa lampau yang telah didata dan memenuhi kriteria itu diarsip dan diselamatkan melalui alih teknologi dari format seluloid ke digital atau restorasi.
Film Dr. Samsi bercerita mengenai perjalanan emosional seorang dokter bernama Samsi yang merawat anak hasil hubungan gelapnya dengan seorang perempuan Bernama Sukaesih. Anak tersebut diberi nama Sugiat dan lantas makin tumbuh besar.
Sugiat tumbuh dewasa dan menjadi pengacara tanpa mengetahui kebenaran ibu kandungnya.
Saat Sugiat pulang ke Indonesia dari sekolah hukum di luar negeri, ia harus menangani kasus Sukaesih yang dituduh membunuh suaminya sendiri bernama Leo.
“Film yang diproduksi tahun 1952 ini menjadi penanda penting perkembangan industri sineas Indonesia yang tetap relevan hingga kini. Dari film ini memberikan inspirasi ke pegiat sinema sekarang untuk menjelajahi tema-tema universal menggugah hati,” tutup Mahendra.
Ratna Asmara (1913-1968) dikenal sebagai seorang sutradara perempuan pertama di Indonesia dan perempuan berbakat yang kerap membawa nuansa eksploratif ke setiap adegan karya ciptaannya.
Dirinya juga cukup sering melibatkan alur cerita dengan visual yang indah serta narasi yang kaya. Setiap karya Ratna Asmara tidak hanya mencerminkan kepiawaian dalam pengarahan, tetapi juga menyajikan warisan budaya yang kaya dalam sejarah perfilman Indonesia.
Dengan begitu film-filmnya selalu menyajikan ciri khas kekayaan budaya nasional untuk disaksikan publik.(koes)