tribundepok.com – Wacana akan dibuat kampung Turki di Depok tak dinyana menyulut pro kontra di dunia maya. Berbagai pendapat seolah keberadaan Kampung Turki itu nantinya akan mengikis budaya Indonesia. Benarkah demikian ?! Ide awal akan dibuatnya Kampung Turki adalah hasil pembicaraan antara Imam Budi Hartono (Wakil Wali Kota Depok 2021-2026) dengan duta besar Indonesia untuk Turki.
Imam sendiri sangat meyayangkan jika ada suara sumbang di luaran soal wacana ini. Sebaiknya tidak bicara sembarangan jika tidak tahu latar belakang apa yang mau dibuat dan tujuannya. Jangan diplintir sesuai pikiran sendiri dan lantas menyudutkan. Apalagi seolah kepala daerah melangkahi pusat , tidak minta ijin dan sebagainya.
“Latar belakang ide ini adalah di Depok ini cukup banyak lulusan S1, S2 dan S3 dari Turki. Ada
juga komunitas- komunitas penggemar Erdogan mungkin karena melihat keberhasilannya membangun Turki. Apakah kita akan meng – Turki kan warga Depok ?! Ya enggak lah. Yang kita akan bangun hanyalah kawasan wisata dengan nuansa Turki, bukan hanya dari bentuk bangunannya, tapi juga ada pengenalan budaya Turki di sana seperti kuklinernya ada kebab dan sebagainya. Pernak-pernik etnik Turki yang unik. Kalaupun ada pembelajaran, rasanya tak jauh beda dengan Kampung Inggris, jika ada yang ingin belajar bahasa Turki misalnya untuk persiapan melanjutkan sekolah di sana kita sediakan. Kenapa ? Dengan adanya kerjasama dengan pemerintah Turki, mungkin akan dibuka jalur beasiswa bagi warga Depok dan sekitarnya yang ingin bersekolah gratis di sana. Belajar bahasa di Kampung Turki ini jadi bermanfaat dan mempermudah mereka. Hanya itu yang akan kita buat, kenapa jadi dibesar-besarkan,” keluh Imam.
Ia tak menampik ini akan mendatangkan investasi dari Turki, setidaknya dengan kerjasama itu pembangunan kawasan wisata tersebut bisa terbiayai. ”Manfaatnya ya untuk warga Depok, mereka bisa mengurusi kawasan wisata, berdagang di sana, bahkan meningkatkan pendidikan, ada pemasukan untuk PAD Kota Depok. Apa bedanya dengan kampong Cina, Kampung Eropa dan lainnya di Cibubur atau lainnya yang dibangun tanpa celoteh nyinyir.
Kenapa Turki jadi pilihan ? Depok Kota Religi, mayoritas penduduknya Islam, jika yang kita bangun di sana masjid model Turki yang arsitekturnya indah dengan kubah bertumpuk-tumpuk ( seperti bisa kita lihat di Google), pastilah menarik perhatian warga untuk datang berkunjung, beribadah maupun sekedar berfoto di kawasan tersebut. Tujuan Depok untuk menjadi kota tujuan wisata bisa tercapai. Ini untuk memakmurkan warga Depok.
Imam mengaku pembicaraan untuk mendirikan Kampung Turki ini bukan dengan tokoh ecek-ecek
atau pembicaraan asal-asalan .
“Pembicaraan kami dengan Dubes adalah resmi dan serius, ini juga terkait rencana kedatangan Erdogan ke Indonesia, siapa tahu dengan adanya pembangunan Kampung itu Erdogan bisa diundang datang ke Depok dan Depok jadi dikenal dunia. Ini tujuannya, bro .. jangan negative thinking. Kita tergantung pikiran kita, jika berpikir negative maka akan negative hasilnya jika berpikir positif maka akan jadi positif hasilnya. Mudah-mudahan penjelasan saya ini bisa memberikan keterbukaan bagi orang-orang tang berpikiran sempit. Tak ada rencana menjadikan itu kampungnya orang-orang Turki apalagi merusak budaya Indonesia,” tandasnya.
Pendapat dan upaya menjegal rencana ini dengan alasan bakal mengikis budaya Indonesia makin mengental di dunia maya, mengusik pengurus Brigade Nusantara ( Brinus ) , Diantoro K Laksana. Ia mempertanyakan apakah ini hanya menggambarkan kepicikan berpikir, atau lebiih jauh lagi, karena
budaya Turki kental dengan dengan budaya Islam sehingga ada ketakutan pihak tertentu ?!
“ Wajar pertanyaan ini timbul lantaran, selama ini sudah terbuktikan kehadiran “kampung-kampung” lain di Indonesia tak menimbulkan dampak negatif terhadap budaya Indonesia. Ada Kampung Inggris, apa warga Pare dan sekitar jadi lupa bahasa dan budaya Indonesia, ada Kampung Keling di Medan dengan budaya India dan agana Hindunya, apa warga Medan jadi terkikis budayanya, beralih agama, rasanya budaya Batak masih sangat kental sampai saat ini. Ada lagi Kampung Arab dimana begitu banyak orang Arab tinggal di kawasan Puncak, apakah budaya Sunda di sana terkikis ? Belum lagi Kampung China atau Pecinan, tersebar di seluruh kota besar di Indonesia, apa kah lantas orang Indonesia sekitarnya jadi beralih budaya Cina . Kenapa kampung-kampung atau kawasan itu tidak diviralkan dan ditutup ?! Tolonglah jangan berpikiran sempit di era globalisasi, ”ujarnya.
Ia justru menuding masuknya budaya Korea, Jepang dan lainnya lewat film, drama dan music lebih bisa mengikis budaya karena ditonton sehari hari dan ditiru generasi muda.
“Meski begitu kita tak boleh menutup diri dari semua itu, kita berkewajiban melestarikan budaya kita tanpa memusuhi budaya lain. Justru harus mencari cara memperkenalkan budaya kita ke luar seperti halnya Korea dan Jepang tadi. Tak hanya itu kita harus sadar dari ribuan tahun budaya Indonesia terbangun sebagai percampuran budaya asing yang masuk ke Nusantara . Portugis , Belanda, China, Arab, Persia, semua membawa pengaruh dalam budaya kita . Inilah wajah ke Bhinnekaan Indonesia,” pungkasnya. (toro)