tribundepok.com – Kaum muda memang jadi incaran banyak pihak dalam Pemilu dan Pileg mendatang. Suara milenial dan Gen Z diharapkan tak sekedar jadi penyumbang suara tapi juga ikut berperan aktif dalam politik praktis. Dan harus kita akui untuk Pemilu dan Pileg 2024 , cukup banyak calon yang berusia muda. Meski demikian, diakui Hj. Qonita Lutfiyah , anggota DPRD Kota Depok dari partai PPP , masih banyak kaum muda yang takut bersentuhan dengan politik dan beranggapan politik itu kejam dan kotor.
” Saya tidak mau anak muda Sawangan ini anti politik. Kalau ada yang bilang politik itu kejam , kotor jangan percaya , yang kejam dan kotor itu bukan politiknya tapi oknum politisi nya,” ujar Qonita.

Politisi PPP yang kembali mencalonkan diri ini menghimbau generasi muda Islam untuk melek politik.
” Adik adik sebagai generasi muda Islam terjun lah ke politik, jadi lah politisi politisi Islam yang berakhlak contoh Nabi besar Muhammad SAW. Jangan anti politik, nggak peduli dan golput, mau jadi apa kota Depok ini. Karena untuk merubah sistem itu kita harus masuk dalam sistem tersebut,” ujarnya.
Qonita menjelaskan, Berpolitik bukan harus terjun ke dunia politik, tapi paling tidak memahami permasalahan yang ada di sekitar, dengan demikian tahu apa yang jadi kebutuhan dan persoalan di masyarakat.
” Kalau sekarang mungin hanya sebagai pemilih pemula, tapi kita tetap ikut menentukan nasib Depok. Pilih anggota dewan yang paling baik, yang dianggap mampu melindungi dan bisa membawa kebaikan di wilayah. Jadi siaplah berpolitik, ingat satu suara bisa mengubah sistem yang ada di kota Depok, ” ujarnya mengingatkan.
Tak hanya itu , menurut Qonita ada satu lagi tugas kaum muda. Yakni harus bisa mtmpengaruhi orang tua, saudara , keluarga bahkan orang orang di lingkungannya untuk berpolitik cerdas. ” Kalau kita berpikirnya transaksional maka yang akan melahirkan pemimpin yang transaksional juga. kalau kita memilih yang cerdas nanti akan lahir pemimpin yang cerdas. Jika memilih yang transaksional maka bisa diartikan orang itu membeli putus suaranya. Nantinya dia tidak akan membangun wilayahnya karena sibuk cari cara mengembalikan modal,” tandasnya.
Qonita punya cara berbeda dalam mendekati kaum muda. ” Saya tidak suka dengan cara cara memberi dana saat mereka membuat kegiatan. Buat saya kaum muda dan milenial ini punya kemampuan. Saya lebih suka melihat minat atau kemampuan mereka dan memberi jalan. Misalnya kemampuan di bidang IT, kreatifitas dan lainnya yang bisa mereka kembangkan jadi lapangan kerja. Kita buka kesempatan mereka mengembangkan dirinya. Membari pancing, bukan beri ikan,” paparnya.
Menurut Qonita anak-anak muda itu bisa menjadi apa saja. ” Jika diberi kesempatan untuk jadi pengusaha mereka bisa kok. Atau dengan kemampuan IT mereka bisa jadi pendamping dalam bisnis apapun.
Di Sawangan ini ada 6 komunitas anak muda. Saya lebih suka memberikan trigger , apa yang mereka bisa, apa yang mereka suka saya akan mendorong kegiatan yang berdampak positif untuk pengembangan diri mereka,” pungkasnya. ( d’toro)