Tribundepok.com. Gaung Pilkada makin memanas, kedua calon dan pendukungnya mulai gencar sosialisasi visi misi, program dan lainnya. Meski kedua calon memegang teguh persaingan damai, ada saja ulah pendukung yang tak pantas. Inilah yang membuat Idris , Calon Walikota Depok , paslon 2 sedikit gerah.
Belakangan datang serangan fitnah yang tidak masuk di akalnya, bahkan jadi bahan tertawaan para Kyai dan ulama Sawangan yang hadir dalam acara Keluarga Besar Relawan Zaenal Abidin, di bilangan Abdul Wahab, Sawangan ( Kamis 14/10 ).
Pasalnya si penyebar isu fitnah salah kaprah dan tak paham fitnahannya sendiri , mereka menyatakan ini bukan lagi soal Pilkada, melawan Idris adalah perang ideologi karena Idris akidahnya adalah Wahabi.
“ Dalam kampanye Pilkada ada isu-isu itu wajar selama tidak merugikan paslon lain atau timsesnya tak apalah, tapi kalau sudah menjurus fitnah, tentunya harus diselesaikan dengan baik. Menyatakan ini perang ideologi karena akidah saya wahabi . Ideologi itu beda dengan akidah. Nggak ngerti dia ideologi itu apa akidah itu apa, apa hubungannya. Apalagi menuduh saya Wahabi, tahu nggak dia Wahabi itu apa, “ Idris bertanya yang disembut tawa ulama yang faham dan tahu kiprahnya selama ini.
“ Wahabi itu dilarang berpolitik praktis , lha saya sudah 5 tahun jadi wakil walikota dan 5 tahun jadi walikota. Kalau saya atau PKS menganut Wahabi, DR Hidayat Nur Wahid yang pertama kali dipecat karena dia juga Alumni Saudi dan Ketua Partai Politik, “ kilahnya.
Idrispun menjabarkan Di Saudi yang menganut wahabi mengharamkan poltik makanya yang ada system kerajaan tidak ada parlemen. Sekian tahun kepemimpinannya di Depok kan ada parlemen.
“ Makanya saat 15 tahun saya di Saudi tidak ada kegiatan politik, organisasi saja tidak boleh. Bersama DR Hidayar Nur Wahid , kami tergabung di Perhimpunan Pelajar Islam (PPI ) pun ngumpet-ngumpet karena kami harus membuat laporan ke KBRI karena sebagai penerima subsidi, “ ujar Idris yang S1 diselesaikan di Ushuluddin Dakwah, Universitas Imam Mohammad Ibnu Daud Gassim , Saudi Arabia, S2 nya mengambil bidang Dakwah Komunikasi dan S3 nya mengambil Syariah Tsaqofah Islamiyah, di kampus yang sama.
Idris pun menegaskan, jika benar dirinya Wahabi, maka ia tak mungkin menghadiri peringatan 3 hari atau 7 hari kematian warga yang sering dihadirinya. “ Arab Saudi nggak kenal sehari, tiga hari atau tujuh harian, lha saya selalu datang kalo diundang, “ selorohnya.
Idris paham isu itu dilontarkan lantaran dirinya berlatar pendidikan dari Arab Saudi dan didukung PKS. Isu tersebut guna memecah mengalihkan calon pemilih yang tak mengerti seolah pihaknya hanya akan tertuju pada kepentingan satu agama saja.
“ Padahal kalau disimak benar misi kami yang poin ketiga jelas di situ keinginan kami mewujudkan masyarakat yang religius dan berbudaya berbasis kebhinekaan dan ketahanan keluarga. Kita menghargai dan memenitingkan kebhinekaan dan sikap yang berbudaya kok,” papar Idris.
Menurutnya , tak baik jika untuk bersaing harus menebar isu berbau fitnah. “ Jadi ini fitnah, berita bohong kalau menyatakan saya Wahabi.
Harus hati-hati , apalagi kalau yang melontarkan PNS, bisa saya perkarakan karena kalau melontarkan pasti pro , PNS tidak boleh berpihak, “ ujarnya menutup pembicaraan. ( toro )