tribundepok.com – Upaya Kota Depok memberikan pendidikan karakter bagi para siswanya memang tidak tanggung-tanggung. Selain memberikan dan menyisipkannya dalam berbagai kegiatan seperti LDKS dan Perjumsa, sejumlah sekolah juga memberikan stimulasi pendidikan karakter dalam keseharian siswa.

“ Kami serius dalam memberikan pendidikan karakter. Kami ingin semua siswa Depok tumbuh dengan
karakter yang baik sesuai dengan adat ketimuran dan terutama budaya Indonesia. Pendidikan karakter ini sama pentingnya dengan pendidikan akademik karena ini sangat berpengaruh pada masa depan mereka,” ujar M. Thamrin, Kadisdik Kota Depok.
Itu pula sebabnya Disdik Depok selalu memantau situasi dan kondisi yang dihadapi para siswa , termasuk bagaimana menghadapi pengaruh budaya luar yang masuk dan merasuk dalam kehidupan sehari-hari.Bila perlu mengambil tindakan agar mereka terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan sebagai dampak budaya luar tersebut.
“ Sebagai contoh baru baru ini Pemkot Depok melalui Disdik Depok menerbitkan suarat edaran no
421/937/III/Feb .SMP/2020 terkait pelarangan merayakan Valentine baik disekolah ataupun di luar sekolah dan surat itu diedarkan ke sekolah-sekolah SD dan SMP. Lewat surat edaran itu kami ingin menghimbau para siswa tidak ikut-ikutan budaya luar itu apalagi sampai salah kaprah dalam implementasi merayakannyasehingga melampaui batasan pergaulan, ” ujar Thamrin.
Meski ada pro kontra menyambut surat edaran tersebut Thamrin tak gentar. Ia menyakini ini adalah salah satu bentuk pendidikan karakter yang ingin dijaganya.
Thamrin tak mau banyak bicara menaggapi protes tersebut. Menurutnya Valentine bukan budaya
Indonesia sehingga tak perlu dilakukan oleh generasi muda.
“ Yang namanya kasih sayang itu sudah ditanamkan kepada peserta didik melalui penguatan pendidikan
karakter bukan hanya sesaat dgn merayakan valentine. Guru menyambut siswa di pagi hari itu adalah
salah satu program pembiasaan penguatan karakter. Dalam program tersebut akan muncul nilai kasih
sayang, saling hormat menghormati, kemandirian, gotong royong dan lainnya,” tandasnya.
Meski demikian Thamrin menegaskan pihaknya tidak anti budaya asing. Hanya saja para siswa harus tetap dijaga , sebagai anak bangsa mereka harus tahu akar budaya dan tidak perlu ikutan budaya asing dari manapun yang tidak sejalan dengan budaya dan kearifan lokal Indonesia. (toro)