tribundepok.com – Keinginan dan kerinduan para siswa Depok untuk belajar tatap muka di semester kedua ini agaknya belum mungkin terlaksana. Kondisi Pandemik Covid di Depok memang masih hilir mudik di zona merah dan oranye. Meski sudah ada SKB 4 Menteri yang mengijinkan pembelajaran tatap muka kembali dibuka namun keputusan akhir ada di kepala darah yang memang mengetahui betul kondisi daerahnya. Memang Covid tidak merata di seluruh Depok namun masih cukup banyak yang terpapar Covid membuat Depok tak mau ambil resiko untuk para siswa.
Menurut M Thamrin, Kadisdik Kota Depok, sejak adanya SKB 4 Menteri, pihaknya sudah bersiap-siap. Secara internal ia melaksanakan rapat dengan stake holder seperti PGRI , K3S, Pengawas Sekolah.
“ Ada dua rancangan yang kita buat yakni jika kita harus menjlankan tatap muka apa saja yang harus kita persiapkan dan kita menyiapkan aturan-aturannya. Dan kalau terpaksanya kita melanjutkan PJJ, kita siapkan rancangan-rancangan yang bisa dijadikan pedoman bagi sekolah dalam menyampaikan pembelajaran,” ujarnya.
Thamrin menyatakan dikarenakan keputusan ada di tingkat daerah untuk melaksanakan atau tidak. Langkah lain yang ia lakukan adalah menjalankan rapat dengantingkat kota. Yang dihadiri perwakilan dari sejumlah stake holder seperti Dinas Kesehatan, Satgas Covid, Satpol PP, DPAMK dan Bagian Hukum.
“ Semua memberikan masukan, mengenai kondisi Kota Depok terkini dan juga tanggapan bagaaimana seandainya tatap muka diselenggarakan. Kita siapkan juga dua opsi seandainya tatap muka diselenggarakan apa saja yang harus disiapkan dan seandainya tetap PJJ bagaimana. Misalnya saja satu kelas harus dibagi 2, mungkin hanya berisi 18 orang saja. Lalu bagaimana pembagian waktunya karena pembelajaran tatap muka tidak boleh lebih dari 4 jam. Dan sebagainya. Hasil seluruh masukan disimpulkan Depok belum siap untuk pembelajaran tatap muka dan itu lah yang kami sampaikan pada walikota,” tambah Thamrin.
Dan ternyata tak hanya masukan dari stake holder, angket yang dibuat KPAI dan diisi orang tua 75% di antaranya masih mengkhawatirkan anaknya jika harus dipaksakan masuk sekolah di masa Covid belum mereda.
Walikota pun tak mau mengambil resiko, keselamatan siswa harus diutamakan. Maka diputuskan untuk semester 2 ini belum diijinkan pembelajaran tatap muka. Hanya online. Ya memang kita menyadari ada yang belum memiliki HP/Laptop. Mungkin untuk siswa-siswa tersebut bisa belajar disekolah , karena jumlahnya tidak banyak. Inilah keputusan kami, tetapi semua bisa berubah dan dibicarakan kembali jika ternyata kedepannya kondisi membaik dan covid sudah bisa diatasi,”pungkasnya . (toro)