google-site-verification=Q8IqhJlJ-8kubb5NQVbJk3WGTzny8GJUwXqKF5Nb4Nk
BerandaOpiniDampak Perubahan Iklim Terhadap Hasil Pertanian Di Indonesia
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Hasil Pertanian Di Indonesia

tribundepok.com – Setiap hari, asap kenalpot dari jutaan kendaraan, juga asap dan gas asam dari cerobong asap pabrik, dilepaskan ke udara. Semua itu dapat mengubah atmosfer dan iklim yang ada di Indonesia. Iklim bumi secara perlahan menjadi lebih panas. Rusaknya tatanan atmosfer menyebabkan gas-gas atau pancaran radiasi matahari tersebut tidak seimbang kompetisinya, sehingga mengakibatkan perubahan iklim di bumi.

fenomena cuaca ekstrem di Indonesia cenderung meningkat disebabkan oleh dampak perubahan iklim yang saat ini sudah mulai dirasakan oleh masyarakat, seperti  meningkatnya frekuensi bencana banjir, meningkatnya bencana kekeringan, dan mundurnya masa musim hujan. Diprediksi dalam rentang dua puluh tahun ke depan dampak perubahan iklim yang ditimbulkan jauh lebih parah karena adanya kenaikan suhu global yang lebih tinggi.

Negara yang berada di daerah tropis dan subtropis, selain mengalami peningkatan temperatur juga akan mengalami peningkatan curah hujan. perubahan iklim dapat berpotensi menjadi katalis perubahan cuaca ekstrem yang terjadi dalam jangka pendek, namun seringkali terkendala keterbatasan data untuk dianalisis.

Namun, di tingkat masyarakat, persepsi terkait dengan dampak perubahan iklim ini dapat berbeda-beda karena faktor usia, lokasi tempat tinggal dan tingkat pendidikan sehingga penting adanya konfirmasi persepsi dengan data. kondisi cuaca di permukaan, atmosfer, juga terkait kondisi angin, suhu, tekanan dan kelembaban udara. Lalu, tim melakukan asimilasi data dengan menggabungkan semua data pengamatan yang dikonversi menjadi sebuah model prakiraan.“Hasil pemodelan cuaca dengan bentuk prakiraan berbasis dampak. Kemudian bisa memberikan informasi lebih lanjut dengan prakiraan dan dampak yang dihasilkan,”

Perubahan iklim sudah tidak menentu lagi terjadi di Indonesia dan menjadi salah satu masalah global yang menjadi perhatian dunia internasional.

Hal ini dapat disebabkan oleh perilaku manusia itu sendiri yang kurang memperhatikan lingkungan dan memanfaatkan secara efektit. Dampak perubahan iklim dapat dirasakan olen manusia, namun juga dapat dirasakan oleh hewan dan tumbuhan yang ada di bumi. Salah satu sektor yang sangat terdampak oleh perubahan iklim adalah sektor pertanian.

Dampak  perubahan iklim terhadap pertanian sangat signifikan. Salah satunya terjadi karena pola cuaca dan musim yang tidak teratur, sehingga akan sulit untuk memprediksi kapan panen. Selain itu, perubahan suhu yang terkadang naik-turun akan sangat mempengaruhi terhadap kualitas hasil panen. Dari perubahan ini sangat berakibat terhadap produktivitas pertanian yang  menurun dan hasil panen pun menurun, sehingga mengakibatkan kurangnya bahan pangan.

Perubahan iklim menjadi isu strategi yang dapat mempengaruhi terhadap pertanian juga  hasil panen para petani. Perubahan temperature secara global memicu terjadinya kemarau yang berkepanjangan, hujan badai ekstrem yang dapat mengganggu keberlangsungan ritme pertanian di Indonesia.

Dampak perubahan iklim ini dapat dirasakan oleh semua kehidupan, namun berdampak besar terhadap sector pertanian. Menurunnya kualitas, kesuburan dan daya dukung lahan, menyebabkan produktivitas hasil panen juga ikut menurun, begitu juga dengan ketersediaan air yang sangan terbatas sehingga mengakibatkan kualitas hasil panen yang menurun, yang mengakibatkan anjloknya produksi pertanian.

Seluruh petani menyatakan perubahan iklim berdampak buruk bagi ketersediaan air dan cenderung menurunkan kualitas hasil panen, sedangkan petani yang menyatakan bahwa perubahan iklim menyebabkan kegagalan panen sebanyak 36 persen dan 38 persen petani menyatakan bahwa mengalami perubahan hasil yang ditandakan dengan menurunnya hasil produksi/panen.

Petani menyadari perubahan iklim dan dampaknya terhadap produksi tanaman pangan telah mampu mengembangkan strategi mata pencaharian, serta adaptasi yang mereka lakukan dengan cara yang terus menerus bisa dilakukan untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang tidak menentu terhadap produksi tanaman pangan (Ayunwuy, dkk., 2010). Soejono, dkk. (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang signifikan terhadap produksi adalah pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor yang tidak signifikan berpengaruh terhadap produksi adalah luas lahan dan benih

Ditambah lagi dengan fenomena El Nino dan La Nina yang berpengaruh terhadap siklus iklim yang secara otomatis menyebabkan bergesernya jadwal tanam berbagai komoditi pertania serta semakin besarnya kemungkinan gagal panen. Karena menurunnya produktivitas sangat berdampak turunnya tingkat ketahanan pangan, sehingga ketahanan pangan itu sendiri merupakan salah satu faktor penting dalam ketahanan dalam suatu Negara dan bangsa.

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, kekeringan musim kemarau dan hujan ekstrem di musim penghujan ini diproyeksikan akan bertahan sampai akhir Abad ke-21. Hal tersebut jelas menuntut proses adaptasi, demi mengantisipasi dampak bencana dan kerugian ekonomi. Dari pada itu, untuk sektor pertanian, BMKG telah bekerjasama dengan lembaga lain menginisiasi sejumlah proses adaptasi. Salah satunya lewat program Sekolah Lapang Iklim (SLI). SLI bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan petani mengenai informasi iklim dan dampak terhadap sektor pertanian.

Di sisi lain manusia tidak dapat mengendalikan perubahan suatu iklim. Dampak perubahan iklim dapat besifat langsung atau tidak langsung dan mencangkup biofisika dan social ekonomi, sehingga dapat mengakibatkan munculnya ketidak setabilan bahan pangan karena adanya kekeringan, penurunan air tanah, peningkatan suhu, banjir dan lainnya. Dampak perubahan iklim meliputi perubahan pola cuaca, peningkatan suhu rata-rata, peningkatan intensitas hujan, dan perubahan siklus musim. Ada beberapa dampak perubahan iklim di Indonesia diantaranya yaitu:

Peningatan resiko kekeringan dan banjir, perubahan iklim dapat menyebabkan pola hujan yang tidak stabil,yang dapat mengakibatkan kekeringan atau banjir. Kekeringan dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan gagalnya panen sedangkan banjir dapat mengakibatkan rusaknya suatu tanaman dan instruktur pertanian.

Perubahan pola musim, perubahan iklim dapat mengakibat siklus musim yang tidak teratur, seperti musim hujan atau kemarau. Sedangkan siklus musim itu sangat berpengaruh terhadap hasil panen karena seorang petani harus beradaptasi terhadap jadwal panen.

Peningkatan suhu rata-rata, peningkatan suhu rata-rata di Indonesia dapat mempengaruhi panasnya global. Suhu yang lebih tinggi dapat mempengaruhi produktifitas dan pertumbuhan tanaman, terutama tanaman padi dan jagung. Tanaman ini jika terkena panas berlebihan akan mengasilkan hasil panen yang tidak stabil dan mengasilkan hasil yang lebih rendah.

Perubahan pola penyakit dan hama, perubahan iklim juga dapat mempengaruhi terhadap penyakit dan hama terhadap suatu tanaman. Peningkatan suhu dan kelembaban yang sangat tinggi yang sangat berdampak terhadap kondisi yang lebih kondusif bagi perkembangan organisme pathogen dan hama, yang dapat merusak hasil panen.

Kenaikan permukaan air laut, Indonesia adalah Negara yang rentan terhadap kenaikan permukaan  air laut akibat perubahan iklim. Kenaikan air laut dapat mengakibatkan intruksi air asin naik ke permukiman tanaman di pesisir, yang dapat merusak tanah dan menjadi tidak produktif.

Ancaman terhadap pangan dan keamanan pangan, dampak perubahan iklim di Indonesia sangan berpengaruh terhadap hasil pangan dan keamanan pangan. Yang berakibat pada harga pangan, akses makanan dan kesejahteraan masyarakat.

Dwikorita menegaskan, lewat SLI, BMKG berupaya membantu petani memahami kondisi iklim yang terjadi saat ini. Terlebih, petani merupakan pekerja yang perkejaannya di tempat yang terbuka sehingga sangat berkaitan dengan iklim dan musim yang ada di Indonesia. Harapannya para petani bisa beradaptasi dengan kondisi iklim saat ini yang sering berubah-ubah kondisinya, petani juga harus bisa memanfaatkan informasi cuaca yang akan terjadi.

Menurut Fahmuddin Agus, peningkatan suhu akan menurunkan efektivitas tanaman sehingga tingkat keuntungan petani menurun. Masalah utama dari sektor pertanian adalah adanya kesenjangan, antara lain, informasi, kemampuan daya beli dan kebijakan suatu hal.

Suharso mengatakan, beberapa strategi pembangunan ketertahanan suatu iklim yang saat ini berubah-ubah yang disiapkan untuk sektor pertanian. Pihaknya akan menerapkan smart agriculture, pengembangan kualitas dan daya saing sumber daya manusia local, serta menguatkan sistem intensifikasi padi.

Dalam mengahadapi perubahan iklim terhadap pertanian kita sebagai manusia harus meningkatkan efesiensi sumber daya manusia, dan berinvestasi terhadap teknologi untuk mengembangkan varietas tanaman tahan suatu iklim yang akan terjadi.

Untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap suatu pertanian dapat dilakukan dengan upaya serius dan secara berkelanjutan. Cara ini dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia yang berlebihan agar tidak terjadi kerusakan terhadap suatu lingkungan. Selain itu, penerapan teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi terhadap perubahan iklim. Misalnya, penggunaan sisten irigasi dan efisien, penggunaan energi terbaru seperti panel surya, penggunaan drone untuk memantau suatu kondisi pertanian.

Selain itu petani juga harus mendapatkan pelatihan pertanian yang ramah lingkungan. Dan juga, masyarakat harus mengurangi penggunaan kenalpot yang bisa merusak atmosfer atau lapisanlapisan yang dapat mengakibatkan rusaknya ekosisatem, yang dapat berdampak terhadap perubahan iklim yang ada di Indonesia. Mengurangi pembuangan gas asam pabrik keudara yang sangat mengakibatkan prubahan iklim.

Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan besar secara aktif melakukan lobi untuk menentang kebijakan iklim. Secara khusus, perusahaan daging dan susu nampaknya bertindak secara kolektif dengan cara yang serupa dengan industri bahan bakar fosil, yang membangun gerakan penanggulangan perubahan iklim secara ekstensif. Secara umum, mereka bertindak melalui lobi, kampanye politik, dan penelitian akademis. Secara khusus, mereka mendanai pakar akademis mereka sendiri, yang kemudian menerbitkan penelitian yang meminimalkan atau menyangkal hubungan sebab akibat antara peternakan dan perubahan iklim. Perlu dicatat bahwa enam kelompok besar AS bersama-sama telah menghabiskan sekitar $200 juta untuk melakukan lobi sejak tahun 2000

Mari kita bersama-sama menjaga ekosistem di lingkungan kita, kurangi penggunaan suatu barang ataupun itu yang bisa merusak lapisan atmosfer dan lapisan-lapisan langit, yang  mengakibatkan perubahan suatu iklim tidak menentu di negara kita. Tidak hanya satu dua orang saja yang terkena dampaknya, namun  semua masyarakat Indonesia yang terkena dampaknya. Dengan tidak menjaga semua itu, udara semakin lama akan menjadi panas yang akan dirasakan oleh setiap masyarakat yang ada. Selain itu juga, sangat berdampak terhadap suatu tanaman atau pertanian, karena suhu udara yang sangat panas, mengakibatkan jarangnya turun hujan, sehingga terjadinya kekeringan dan kurangnya pasokan air terhadap suatu tanaman atau pertanian yang berpengaruh terhadap hasil panen.

Nama : Yesti Putri Oktavianti Gumelar
NIM    : 11230150000043
Matkul   : Bahasa Indonesia ( Dona Aji Karunia Putra M.A.)
spot_imgspot_imgspot_img
tribun depok
tribun depokhttp://tribundepok.com
tribundepok.com - faktual update
tribundepok.com