tribundepok.com– Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) kembali mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Kali ini, tim mahasiswa UI berhasil meraih Juara 2 dalam ajang “APRU Global Health Conference 2025 Virtual Global Health Case Competition” yang digelar oleh Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia, pada 28–31 Oktober 2025.
Kompetisi bergengsi tingkat dunia itu diikuti oleh 110 tim dari 13 negara kawasan Asia-Pasifik, mempertemukan mahasiswa lintas disiplin ilmu untuk merumuskan solusi terhadap isu kesehatan global bertema “Advancing Inclusive Growth in Southeast Asia by Leveraging Data and AI for Food Security.”
Prestasi membanggakan ini diraih oleh Tim HeaLink, yang beranggotakan mahasiswa program S1 Ekstensi FKM UI, Catur Rizki Pindi (peminatan Epidemiologi, 2024), Istiqomah Hanifah Rachman, Aliya Nurul Fauziah, dan Anisa Djohan (ketiganya peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan). Dengan bimbingan Dr. dr. Helda, M.Kes, mereka mengusung karya video berjudul “Strengthening Food Availability in Indonesia Through the Integration of Field Data and AI.”
Video berdurasi tiga menit itu menghadirkan ide sederhana namun visioner,mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) dengan platform WhatsApp sebagai sarana pelaporan dan prediksi ketersediaan pangan di tingkat komunitas. Teknologi ini memungkinkan petani melaporkan data cuaca, hasil panen, dan kebutuhan pangan lokal secara langsung. Data tersebut kemudian dianalisis sistem AI untuk memetakan potensi kekurangan pangan dan mengoptimalkan distribusi antarwilayah.
“Kami ingin membuat sesuatu yang sederhana tapi berdampak. Hampir semua orang punya WhatsApp, bahkan di daerah terpencil. Jadi kami melihat platform ini sebagai jembatan antara masyarakat dan teknologi,” ujar Catur Rizki Pindi.
Inspirasi ide ini datang dari dua hal: semangat swasembada pangan di era Presiden Soeharto dan nilai gotong royong masyarakat Indonesia. Tim HeaLink ingin menunjukkan bahwa teknologi bukan hanya milik kota besar, tetapi juga bisa menjadi solusi bagi masyarakat desa dengan cara yang sederhana dan murah.
Selama proses persiapan, tim menghadapi berbagai tantangan, mulai dari perbedaan ide dan keterbatasan teknis, hingga tekanan waktu karena sebagian anggota juga bekerja sambil kuliah. Namun, semangat kolaborasi dan rasa ingin berkontribusi membuat mereka tetap solid.
“Tekanan itu justru jadi energi. Kalau kita didorong, kita harus melompat lebih tinggi. Dari tekanan, kita tumbuh,” kata Pindi bersemangat.
Dalam kompetisi tersebut, sistem penilaian dilakukan berdasarkan kombinasi antara voting anggota APRU dan penilaian juri dari universitas-universitas anggota APRU. Tim HeaLink memperoleh 33 suara dari total 108 suara, menempatkan mereka di posisi kedua setelah perwakilan tuan rumah.
Meskipun dari sisi visual video mereka mengakui masih kalah dari beberapa tim lain, juri menilai kekuatan ide dan relevansi solusi sebagai faktor utama kemenangan. Pendekatan yang menggabungkan teknologi, partisipasi masyarakat, dan konteks lokal Indonesia dianggap inovatif, aplikatif, serta memiliki dampak sosial tinggi.
Pindi menekankan, isu ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan bahan pangan, tetapi juga menyangkut akses, keadilan sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan.
“Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, kita harus berpikir promotif dan preventif. Pangan itu pondasi kesejahteraan. Kalau pangan terganggu, gizi dan kesehatan masyarakat ikut terancam,” jelasnya.
Keberhasilan ini disambut hangat oleh pihak kampus. Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., mengungkapkan rasa bangga atas capaian mahasiswanya yang berhasil membawa semangat Berjiwa Luhur dan Berkinerja Unggul ke tingkat dunia.
“Mahasiswa FKM UI tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan semangat kolaboratif. Inovasi sederhana namun berdampak besar seperti ini menjadi bukti bahwa empati dan kerja keras dapat melahirkan karya yang diakui dunia,” tutur Prof. Mondastri.
Tim HeaLink berharap ide yang mereka gagas dapat terus dikembangkan, baik melalui riset akademik lanjutan maupun program pengabdian masyarakat. Dengan dukungan dosen dan universitas, mereka berencana menguji penerapan sistem AI-WhatsApp ini di daerah pertanian sebagai pilot project ketahanan pangan berbasis teknologi sederhana.
Capaian ini sekaligus menegaskan peran mahasiswa Indonesia di panggung global bukan hanya sebagai peserta, tetapi sebagai pencipta solusi nyata bagi tantangan dunia.( Joko Warihnyo)
