tribundepok.com – Suasana politik internal Partai Golkar kembali menghangat. Di tengah suasana Halal Bihalal yang semestinya penuh kehangatan dan silaturahmi, Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, justru melontarkan pernyataan yang mengejutkan,akan ada reshuffle dalam struktur kepengurusan partai berlambang pohon beringin tersebut. Pernyataan itu sekaligus menjadi sinyal bahwa arah dan wajah Golkar dalam waktu dekat bakal berubah signifikan.
“Jabatan bukan warisan. Kalau tidak bisa kerja, ya siap-siap diganti,” tegas Bahlil, dalam keterangannya di acara Halal Bihalal Partai Golkar, Rabu malam (16/4/2025).
Pernyataan itu sontak menjadi buah bibir di kalangan kader dan pengamat politik. Pasalnya, ini menjadi pernyataan pertama yang secara terbuka menunjukkan bahwa Bahlil serius untuk merombak susunan elit partai demi menjawab tantangan politik ke depan, terutama menyambut dinamika politik pasca Pilpres 2024.
Dengan gaya bicara lugas, Bahlil menyamakan sistem pengurus partai dengan kabinet menteri yang bisa dirombak kapan saja, tanpa harus menunggu masa jabatan berakhir. Menurutnya, dinamika politik yang cepat menuntut organisasi partai politik untuk selalu adaptif, lincah, dan diisi oleh orang-orang yang mampu bekerja serta membaca arah zaman.
“Reshuffle pengurus Partai Golkar itu sama seperti reshuffle kabinet. Bisa kapan saja, tidak harus tunggu satu atau dua tahun,” ujarnya sambil melirik Menteri Investasi sekaligus kader Golkar, Maman Abdurrahman, yang duduk di barisan depan.
Ucapan tersebut memunculkan spekulasi bahwa nama-nama besar dalam struktur DPP Partai Golkar bisa saja terdepak atau digeser dalam waktu dekat, jika dinilai tidak perform.
Langkah Bahlil ini dinilai sebagai bagian dari narasi besar untuk merevitalisasi tubuh Partai Golkar yang selama ini kerap dinilai “berat badan, lambat gerak.” Dengan membawa semangat regenerasi dan modernisasi politik, reshuffle yang akan dilakukan diyakini sebagai upaya memperkuat posisi Golkar sebagai partai besar yang tidak hanya bergantung pada sejarah, tetapi juga mampu menghadirkan solusi konkret bagi masyarakat.
“Partai Golkar adalah aset bangsa. Harus bisa memberi kontribusi nyata, bukan hanya mengandalkan kejayaan masa lalu,” kata Bahlil dengan nada serius.
Sinyal reshuffle ini juga dipandang sebagai langkah awal Bahlil dalam membentuk “Golkar versi baru” pasca dirinya menggantikan Airlangga Hartarto sebagai ketua umum. Dengan latar belakangnya sebagai menteri dan pengusaha, Bahlil disebut membawa pendekatan teknokratis yang berorientasi pada hasil dan produktivitas.
Di internal partai, pernyataan Bahlil ini menimbulkan beragam reaksi. Beberapa kader menyambut positif rencana reshuffle sebagai bentuk penyegaran dan profesionalisasi partai. Namun tak sedikit pula yang merasa resah, terutama bagi mereka yang posisinya dinilai “aman” selama ini.
“Kalau reshuffle dilakukan, tentu harus obyektif. Bukan hanya soal kedekatan dengan ketua umum, tapi berdasarkan kinerja dan loyalitas pada partai,” ujar salah satu kader muda Golkar yang enggan disebut namanya.
Sementara itu, para loyalis Bahlil justru menyebut ini sebagai momentum yang tepat untuk menata ulang struktur partai agar lebih efektif menghadapi kontestasi politik 2029.
Di luar soal teknis kepengurusan, pengamat politik menilai manuver ini sebagai bagian dari strategi Bahlil untuk mengonsolidasikan kekuasaan di internal Golkar. Dengan basis dukungan yang masih terus dibangun, reshuffle bisa menjadi alat untuk merapikan barisan dan memastikan seluruh elemen partai berjalan satu komando.
“Ini murni politik kekuasaan. Bahlil sedang mengunci kekuatannya dengan menempatkan orang-orang kepercayaannya di posisi strategis,” ujar pengamat politik dari LIPI, Ari Dwianto.
Langkah ini bisa memperkuat posisi Bahlil di internal partai, namun juga berisiko menciptakan gesekan bila tidak dilakukan secara bijak.
Apa yang disampaikan Bahlil Lahadalia bukan sekadar retorika politik di forum internal partai. Ini adalah sinyal keras bahwa Partai Golkar berada di persimpangan baru. Antara bertahan dengan pola lama, atau melompat ke arah perubahan yang lebih segar dan berani.
Reshuffle adalah awal dari babak baru. Sebuah momentum yang akan menentukan apakah Partai Golkar bisa tetap menjadi kekuatan besar di panggung politik nasional atau justru terjebak dalam dinamika internal yang tak kunjung selesai.
Dalam dunia politik, satu hal yang pasti,tak ada jabatan yang abadi. Dan kini, angin perubahan sudah mulai bertiup kencang dari pohon beringin.***
Editor : Joko Warihnyo