tribundepok.com – Dalam sebuah gebrakan kebijakan yang menyentuh sisi kemanusiaan dan nilai-nilai kekeluargaan, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi resmi mengeluarkan aturan baru bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di wilayahnya. Kini, ASN diizinkan untuk tidak bekerja dari kantor demi merawat orang tua, khususnya ibu yang sedang sakit.
Kebijakan ini diumumkan Dedi Mulyadi saat menghadiri peluncuran program “Cianjur Nyaah Ka Indung” di Pendopo Cianjur, Jumat (11/04/2025). Dalam sambutannya yang penuh empati, Dedi menekankan bahwa tugas merawat ibu adalah bentuk penghormatan tertinggi seorang anak kepada orang tuanya.
“Saya akan sampaikan ke BKD agar ASN yang sedang merawat ibunya yang sakit diberikan izin untuk tidak bekerja di kantor. Mereka bisa kerja dari rumah,” ujar Dedi, seperti dikutip dari detikJabar.Senin ( 14/4/2025)
Di era digital seperti saat ini, menurut Dedi, pekerjaan tidak lagi harus diselesaikan dari balik meja kantor. Kemajuan teknologi memungkinkan pegawai pemerintah tetap produktif meskipun bekerja dari rumah.
“Pekerjaan itu bisa dilakukan di mana saja. Sekarang bikin surat, koordinasi, semua bisa dilakukan secara digital. Jadi tidak ada alasan untuk tidak bisa kerja sambil merawat ibu di rumah,” ungkapnya.
Bagi Dedi, kebijakan ini bukan hanya soal efisiensi kerja, tapi juga bentuk keberpihakan kepada nilai-nilai kemanusiaan yang kerap terabaikan dalam sistem birokrasi. Ia ingin memberi ruang bagi para ASN untuk hadir di samping ibunya saat mereka paling membutuhkannya.
“Ini kan bagian dari mengabdi kepada ibu, menghormati beliau. Supaya para ASN bisa fokus, bisa total saat merawat. Tapi tetap akan dimonitor oleh BKD, jadi tidak ada yang disalahgunakan,” tegasnya.
Tidak hanya memberikan fleksibilitas bagi ASN, Dedi juga mengajak seluruh aparatur sipil untuk terlibat dalam gerakan sosial yang lebih besar: mengangkat ibu asuh bagi para lansia yang hidup dalam keterbatasan.
“Selain rawat ibu kandung, ASN juga kita dorong untuk peduli pada ibu-ibu lansia yang hidup sendiri atau tak mampu. Kita ajak mereka jadi ibu asuh, perhatikan kebutuhan hari tuanya,” kata Dedi.
Program “Cianjur Nyaah Ka Indung” bukan sekadar program simbolik, melainkan gerakan masif yang sudah menjangkau berbagai pelosok Jawa Barat. Bahkan, lebih dari 50.000 lansia perempuan di berbagai kabupaten/kota kini telah merasakan manfaatnya.
“Ini bukan hanya di Cianjur. Ini gerakan untuk seluruh Jawa Barat. Sudah ada 50 ribu lebih ibu yang bahagia karena program ini,” ujar Dedi penuh semangat.
Kebijakan ini langsung menuai respons positif dari masyarakat dan kalangan ASN. Banyak yang menilai langkah Dedi sebagai bukti bahwa birokrasi bisa tetap manusiawi. Ketika tugas dan tanggung jawab profesional bersanding harmonis dengan tanggung jawab moral kepada keluarga, maka negara pun hadir dalam bentuk yang paling nyata.
Dedi Mulyadi menunjukkan bahwa seorang pemimpin bukan hanya mengatur, tapi juga merawat. Ia merumuskan bahwa cinta pada ibu tak sekadar jadi pepatah, tapi diwujudkan dalam aturan yang memberi waktu, ruang, dan kemudahan bagi siapa pun yang ingin membalas kasih perempuan yang telah melahirkan dan membesarkannya.
Dalam iklim kerja yang kadang begitu kaku dan birokratis, kebijakan ini adalah hembusan angin segar. Di tengah tuntutan kerja, negara kini mengizinkan cinta anak kepada ibunya untuk tetap mendapat tempat yang layak. Sebab bagi Dedi, tak ada jabatan setinggi apa pun yang lebih mulia dari menjadi anak yang berbakti.***
Editor : Joko Warihnyo