tribundepok.com – Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok 2024 telah berakhir dengan hasil yang menarik perhatian. Pasangan calon (paslon) nomor urut 2, H. Supian Suri dan Chandra Rahmansyah, berhasil memenangkan pilkada dengan perolehan suara sebanyak 451.785, mengungguli paslon petahana, H. Imam Budi Hartono dan Ririn Farabi, yang mendapatkan 396.863 suara. Tingkat partisipasi pemilih mencapai 881.013 orang, dengan 32.364 suara tidak sah.
Kemenangan Supian-Chandra menandai berakhirnya dominasi PKS di Depok setelah hampir dua dekade. Di balik keberhasilan ini, ada cerita menarik dari salah satu strategi kampanye mereka: “Bajay Pardong.”
Bajay sebagai Senjata Kampanye
Salah satu elemen kampanye Supian-Chandra yang mencuri perhatian adalah strategi unik menggunakan bajay untuk menyusuri gang-gang sempit dan kampung-kampung di Depok. Di balik kemudi bajay ini adalah seorang aktivis bernama Pardy Dongkal, yang akrab disapa Pardong. Meski memiliki keterbatasan fisik, Pardong tak kenal lelah mengendarai bajaynya bersama tim kecilnya, yang terdiri dari Samad Engkoy, Dani Buyo, Alek Nana Utara, dan Mulyadi Kinoy.
“Kami berlima menggunakan satu bajay dan satu motor setiap hari, membagikan pamflet, kalender, serta souvenir seperti centong nasi. Semuanya sesuai aturan kampanye,” kata Pardong.Selasa ( 3/12/2024) Dengan bajay nya mereka berkeliling Depok selama dua bulan penuh, menjelajahi seluruh kecamatan tanpa kenal lelah.
Insiden Lucu di Perbatasan Tangsel
Namun, bukan kampanye tanpa cerita lucu. Suatu hari, tim “Bajay Pardong” tanpa sadar melintasi batas wilayah Depok dan masuk ke daerah Pamulang, Tangerang Selatan. Saat berhenti di depan sekelompok ibu-ibu yang sedang berbelanja sayur, Pardong dengan percaya diri membagikan centong nasi sambil mengingatkan untuk memilih nomor 2 pada 27 November.
Reaksi ibu-ibu itu membuat tim terkejut. “Nomor 2 mah Rihama-Shinta, Pak. Kalau di sini, nomor 1 itu Benyamin Davnie-Pilar Saga,” ujar mereka.
“Waduh, kami salah wilayah! Ternyata kami sudah masuk Tangsel,” kata Pardong sambil tertawa mengenang kejadian itu. Timnya segera berbalik arah dan kembali ke wilayah Depok, namun mereka tetap merasa “rugi” karena souvenir centong nasi sudah terlanjur dibagikan kepada warga Tangsel.
Kemenangan yang Manis
Meski perjalanan mereka penuh tantangan, termasuk cuaca yang tidak menentu, kerja keras tim Bajay Pardong berbuah manis. Paslon nomor 2 yang mereka dukung memenangkan pilkada. “Alhamdulillah, Pak Supian Suri dan Pak Chandra pernah naik bajay saya. Banyak tokoh Depok lainnya juga ikut duduk di bajay ini sambil mengampanyekan nomor 2,” ujar Pardong bangga.
Pardong menyebut beberapa nama tokoh yang pernah menaiki bajaynya, termasuk H. Yahman Setiawan, H. Acep Azhari, dan Pradi Supriatna. Mereka ikut merasakan langsung perjuangan di akar rumput bersama tim Bajay.
Harapan untuk Depok
Ketika ditanya apa harapannya setelah Supian-Chandra terpilih, Pardong menjawab dengan tulus. “Kami ikhlas berjuang tanpa pamrih. Harapan kami hanya satu: Depok lebih maju lagi. Jadilah Wali Kota untuk semua warga, bukan untuk kelompok tertentu.”
Kini, setelah hiruk-pikuk pilkada usai, Pardong berencana kembali menggunakan bajaynya untuk keperluan sehari-hari, seperti mengangkut hasil panen dari kebunnya. Namun, cerita tentang “Bajay Pardong” akan tetap menjadi bagian dari sejarah pilkada Depok yang penuh warna.
Perjuangan yang Menginspirasi
Kisah Pardong dan bajaynya adalah gambaran tentang semangat dan dedikasi. Dalam keterbatasan, ia mampu memberikan kontribusi besar untuk perubahan di kotanya. Bukan hanya soal kendaraan kecil yang melintasi gang-gang sempit, tapi juga tentang semangat besar yang menggerakkan harapan warga Depok untuk masa depan yang lebih baik.
Seperti kata Pardong, “Bajay kecil, tapi impian kami untuk perubahan besar.” ( JW )