tribundepok.com — Universitas Indonesia (UI) melalui Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Pada akhir Agustus 2024, Tim Pengabdi UI melaksanakan program pengabdian masyarakat di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Dengan tema “Pengembangan Ekosistem Bisnis Masyarakat Pesisir melalui Peningkatan Nilai Tambah Produk Olahan Pisang dan Ikan di Wakatobi,” program ini menargetkan tiga desa di Pulau Binongko, yaitu Haka, Waloindi, dan Oihu.
Dr. Retno Lestari, M.Si., dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI sekaligus Ketua Tim Pengabdi, menyoroti potensi besar Pulau Binongko dalam sektor perkebunan pisang dan kelautan, yang hingga kini belum dimaksimalkan. “Pulau Binongko memiliki tanah yang memungkinkan tanaman pisang tumbuh subur, bahkan di lahan berbatu. Selain itu, perairan sekitar Binongko memiliki terumbu karang terluas di antara pulau-pulau lainnya, menjadikannya daerah dengan hasil laut yang melimpah,” ujar Dr. Retno. Ia juga merujuk pada data Badan Pusat Statistik 2020 yang menunjukkan bahwa pisang adalah komoditas utama di Kecamatan Binongko.
Meningkatkan Nilai Tambah Produk Lokal
Dalam kegiatan pengabdian ini, Tim Pengabdi UI yang terdiri dari mahasiswa, alumni, dan tenaga ahli berfokus pada inovasi produk olahan berbasis pisang dan ikan yang memiliki potensi nilai jual tinggi. Beberapa inovasi yang diajarkan kepada warga antara lain pembuatan keripik pisang, setup pisang, serta berbagai produk olahan ikan seperti nugget ikan, bakso ikan, dan ikan woku. Tak hanya itu, tim juga memperkenalkan inspirasi produk-produk daerah lain seperti pempek, otak-otak, dan kaki naga, yang diharapkan dapat memperkaya variasi produk lokal Wakatobi.
Salah satu mahasiswa yang terlibat dalam program ini, Ilma Ardelia dari FMIPA UI, menyampaikan rasa bangganya bisa berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat. “Kami sangat senang melihat antusiasme warga dalam mengikuti pelatihan. Inovasi yang kami ajarkan sederhana namun bernilai tinggi, dan disesuaikan dengan kemampuan mereka untuk diproduksi secara mandiri,” katanya.
Dukungan Peralatan dan Pelatihan Kewirausahaan
Untuk mendukung keberlanjutan usaha, UI tidak hanya memberikan pelatihan teknis tetapi juga menyediakan berbagai peralatan produksi seperti timbangan digital, food processor, dan mixer. Selain itu, warga juga dibekali dengan modul kewirausahaan untuk membantu mereka memulai dan mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tim juga membantu mendesain label dan kemasan produk agar lebih menarik dan sesuai dengan standar pemasaran modern.
“Kami berharap produk olahan pisang dan ikan yang dihasilkan oleh masyarakat dapat memiliki daya saing lebih tinggi, baik di pasar lokal maupun regional,” ujar Ilma.Selasa ( 10/9/2024).
Keberlanjutan Program dan Dukungan Pemerintah Desa
Sebagai upaya memastikan keberlanjutan program, Tim Pengabdi UI membentuk grup koordinasi dengan masyarakat setempat. Kepala desa dari Haka, Waloindi, dan Oihu turut ambil bagian dalam upaya ini, mendukung pengembangan produk serta memperkuat usaha melalui desain dan packaging yang lebih profesional.
Menurut Dr. Retno Lestari, pengembangan ini bukan sekadar usaha temporer, melainkan bagian dari strategi jangka panjang untuk meningkatkan pendapatan dan kemandirian ekonomi masyarakat Binongko. “Dengan inovasi dan dukungan yang telah kami berikan, kami berharap masyarakat pesisir di Wakatobi, khususnya di Pulau Binongko, dapat meraih kesejahteraan yang lebih baik melalui produk olahan yang bernilai tambah tinggi,” tuturnya.
Harapan bagi UMKM di Pulau Binongko
Inisiatif ini diharapkan menjadi katalisator bagi pertumbuhan UMKM di Wakatobi, terutama dalam memaksimalkan sumber daya alam yang ada. Dukungan dari UI diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk terus berinovasi, meningkatkan keterampilan, dan memanfaatkan potensi lokal secara optimal.
Program pengabdian ini bukan hanya tentang pelatihan teknis, tetapi juga merupakan bentuk nyata komitmen UI dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di wilayah-wilayah yang membutuhkan. Dengan berbagai inovasi dan teknologi sederhana yang diterapkan, masyarakat Wakatobi kini memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan taraf hidup mereka melalui pengelolaan sumber daya yang lebih baik.*