tribundepok.com – Pada akhir perdagangan Senin,(2/9/2024) nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencatat pelemahan signifikan di tengah penurunan inflasi domestik pada Agustus 2024. Rupiah ditutup melemah 70 poin atau 0,45 persen, berada pada posisi Rp15.525 per dolar AS, turun dari posisi sebelumnya yang tercatat Rp15.455 per dolar AS.
Pelemahan rupiah ini terjadi seiring dengan kondisi inflasi yang menunjukkan deflasi selama empat bulan berturut-turut. Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menjelaskan bahwa deflasi yang terjadi menggambarkan tekanan yang dialami tingkat konsumsi masyarakat. “Inflasi mengalami deflasi 0,03 persen secara beruntun selama empat bulan,” ujar Rully dalam keterangannya di Jakarta, Senin (2/9)
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa inflasi tahunan Indonesia pada Agustus 2024 tercatat sebesar 2,12 persen (year-on-year/yoy), dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 106,06. Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan pada bulan sebelumnya yang sebesar 2,13 persen (yoy) dan jauh di bawah inflasi pada Agustus tahun lalu yang tercatat 3,27 persen (yoy).
Inflasi tahunan ini terutama didorong oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang mencatat inflasi sebesar 3,39 persen, memberikan kontribusi 0,96 persen terhadap inflasi tahunan pada Agustus 2024.
Rully menambahkan bahwa deflasi yang terjadi selama empat bulan terakhir ini menjadi indikasi bahwa masyarakat mulai menahan belanja mereka. Hal ini dipengaruhi oleh suku bunga simpanan di bank yang menawarkan bunga menarik, membuat masyarakat lebih memilih menabung dibandingkan membelanjakan uangnya.
Selain tekanan dari dalam negeri, pelaku pasar juga tengah menanti rilis data ekonomi dan tenaga kerja AS yang diperkirakan akan keluar sepanjang pekan ini. Data tersebut dinilai akan menjadi penentu arah kebijakan moneter AS ke depannya, yang tentunya akan berdampak pada pergerakan nilai tukar rupiah.
Di sisi lain, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis oleh Bank Indonesia pada Senin juga mencatat pelemahan, tergelincir ke level Rp15.536 per dolar AS dari posisi sebelumnya yang berada di Rp15.473 per dolar AS. Ini menambah tekanan pada rupiah yang sudah lebih dulu tertekan akibat ketidakpastian ekonomi global dan domestik.
Dengan inflasi yang terus menurun dan ketidakpastian ekonomi yang masih membayangi, pergerakan rupiah diprediksi akan tetap rentan terhadap sentimen global, terutama yang berkaitan dengan kebijakan moneter AS.*