tribundepok.com – Kebutuhan energi dari batu bara terus melonjak, namun industri gasifikasi batu bara di Indonesia menghadapi tantangan besar. Ragimun, seorang mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa kendala melibatkan aspek Capex, Opex, teknologi yang mahal, dan kurangnya dukungan pemerintah.
Dalam upayanya mengatasi kendala tersebut, Ragimun menyarankan perlu adanya insentif fiskal dan skema pembiayaan baru. Ia menekankan pentingnya insentif fiskal untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan penerimaan pajak, dan menciptakan lapangan kerja. Usulan ini mencakup kerja sama bisnis antarperusahaan dan pendekatan pembiayaan melalui trust fund serta alternatif pendanaan perubahan iklim.
Beberapa skema insentif fiskal yang diusulkan oleh Ragimun mencakup royalti pertambangan 0%, tax allowance, tax holiday, pembebasan Bea Masuk, penangguhan Pajak Pertambahan Nilai, dan fasilitas Kawasan Ekonomi Khusus. Analisis Ragimun menunjukkan bahwa kebijakan insentif fiskal dapat memberikan dampak berganda pada ekonomi Indonesia, seperti peningkatan PDB nasional, PDRB Sumatera Selatan, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja.
Dalam disertasinya, berjudul “Analisis Kebijakan Insentif Fiskal Industri Gasifikasi Batu Bara dalam Mendukung Ketahanan Energi Nasional”, Ragimun menggunakan metode campuran dengan pendekatan Benefit Cost Analysis dan model input-output. Simulasi model IO menunjukkan bahwa insentif fiskal dapat meningkatkan kelayakan investasi dengan meningkatkan NPV, IRR, dan mempersingkat payback period.
Ragimun berhasil mempertahankan disertasinya dalam sidang promosi di FIA UI, Senin (18/12), yang dipimpin oleh Prof. Dr. Chandra Wijaya. Dengan gelar doktor yang diperolehnya, Ragimun menjadi doktor ke-36 dari FIA UI dan ke-224 dalam Ilmu Administrasi, membuktikan kontribusinya dalam menjawab tantangan energi melalui analisis kebijakan yang mendalam.( Joko Warihnyo )