tribundepok com – Pemerintah Indonesia telah menegaskan komitmennya dalam mengatasi perubahan iklim global melalui Paris Agreement dan Rencana Jangka Panjang Rendah Emisi 2050. Dalam upaya meningkatkan target Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) hingga 32% pada 2030, Indonesia berusaha mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat.
Dr. Tri Edhi Budhi Soesilo dari Sekolah Ilmu Lingkungan UI menyatakan bahwa Indonesia, dengan potensi energi bersih melimpah seperti panas bumi, tenaga surya, dan tenaga air, mempercepat peralihan ke energi bersih. Namun, ia menekankan perlunya perencanaan cermat untuk melindungi lingkungan.
” Meskipun Indonesia memiliki potensi pengembangan energi baru terbarukan, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), saat ini baru 7% dari target 23% yang tercapai,” ujar
Dr. Tri Edhi Budhi Soesilo Rabu ( 29/11/2023)

Sementara Dr. Mahawan Karuniasa dari APIK Indonesia Network menyoroti perlunya peningkatan pengembangan PLTA, sambil menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial.
Kendati demikian, kata Dr. Mahawan Karuniasa pembangunan PLTA di Indonesia dihadapkan pada sejumlah tantangan, termasuk ketersediaan air dan risiko deforestasi. Prof. Rahmawaty dari Universitas Sumatera Utara menekankan perlunya konservasi hutan sebagai upaya untuk menjaga ketersediaan air.
Aspek sosial juga menjadi fokus, dengan Prof. Iwa Garniwa dari Institut Teknologi PLN mencatat kegagalan pembangunan PLTA yang disebabkan oleh kendala sosial. Beliau juga mengusulkan konsep integrasi antara PLTA dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk optimalisasi efisiensi, menekankan perlunya studi mendalam terkait supply chain dan nilai ekonomi.
Dengan komitmen yang kuat dan inovasi di bidang energi bersih, Indonesia tampaknya memimpin perubahan menuju masa depan yang berkelanjutan.( Joko Warihnyo )